|
Rumah-rumah tak layak huni di Warung Haji alias Cilodong. (Foto: w-02) |
wartaindustri.id | PURWAKARTA – Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta untuk
memulihkan nama baik Cilodong, yang sejak lama dikenal sebagai komplek lokalisasi
prostitusi.
Tak hanya
pembongkaran bangunan lokalisasi, di sana juga dibangun Tajug Gede yang megah
plus kios-kios bunga di sepanjang jalan Purwakarta – Cikampek, yang secara
kasat mata Cilodong berubah. Menjadi lebih asri dan terkesan megah.
Pembongkaran
warung remang-remang di sana beberapa tahun lalu itu, tampak berhasil. Namun
masih ada yang tersisa. Puluhan rumah di Cilodong, yang lebih dikenal dengan
sebutan Warung Haji, Desa Wanakerta, Kecamatan Bungursari, tampak kumuh dan
memprihatinkan.
Ropikoh, yang
mengaku berasal dari Cianjur, saat ditemui wartaindustri.id sedang menyapu
pekarangan rumahnya di Warung Haji.
“Abdi sudah 25
tahun tinggal di sini. Sudah ber-KTP warga Desa Wanakerta, Kecamatan Bungursari,”
katanya, Selasa (4/5/2021).
Diakuinya,
bangunan yang ditinggalinya adalah miliknya. Namun tanahnya milik Perhutani.
“Semua yang di
sini diizinkan tinggal, asal jangan membangun (rumah) permanen,” katanya lagi.
Menurutnya,
tinggal di hutan jati yang dulu lokalisasi prostitusi bernama Warung Haji, yang
lebih terkenal dengan sebutan Cilodong, terpaksa ia lakukan.
“Karena tidak
punya tempat tinggal lagi, ya dibetah-betahin saja,” tambahnya.
Puluhan rumah
yang ada di sana, semuanya berpenghuni, masuk ke wilayah RT Empi.
“Saya tidak tahu
RT dan RW berapa, Pak. Pokoknya RT Empi,” kata Ropikoh.
Ropikoh
menuturkan, kalau musim hujan sudah pasti banjir.
“Air masuk ke
rumah,” imbuhnya.
Kondisi rumah di
Warung Haji memprihatinkan, dan sebenarnya tidak layak huni. Rata-rata dibangun
menggunakan bambu dan triplek sebagai dindingnya.
Selain itu,
mereka juga waswas, karena tanah yang ditempatinya adalah milik Perhutani.
Suatu saat mereka akan terusir dari tempat tersebut, jika pihak Perhutani
membutuhkan tanahnya untuk kepentingan lain.
Pengurus Ormas Gardapatih Kabupaten Purwakarta, Zaelani, mengatakan keberadaan masyarakat yang ada di Warung Haji harus steril dari
masalah status sosial masa lalunya.
“Kasihan,
banyak anak-anak di rumah-rumah Warung Haji di Desa Wanakerta itu. Bila tidak dimanusiakan dari
sekarang, akan terjadi gejolak sosial ke depannya,” katanya,
setelah melihat ke lokasi, Rabu (5/5/2021).
Pertama, menurut
Zaelani, penduduknya akan terus berkembang. Kedua, rumah-rumahnya tidak layak
huni. Dan ketiga, tanah yang ditinggalinya sewaktu-waktu bisa diambil jika akan
dipergunakan oleh Perhutani.
“Bagaimanapun,
hal itu suatu saat akan terjadi,” tambahnya.
Maka, menurutnya,
mulai dari sekarang Pemkab Purwakarta, melalui Bupati atau anggota dewan, harus memikirkan nasib mereka.
“Terutama
puluhan anak-anak, mereka juga perlu sama dengan anak-anak yang lainnya, memperoleh pendidikan dan pelayanan sosial yang layak,”
pungkasnya. (Warin 02)