serberita: Sosok
Showing posts with label Sosok. Show all posts
Showing posts with label Sosok. Show all posts

Friday

Kaisin Sapin: Tokoh Tua dengan Semangat Muda, Menjaga Situs Candi Jiwa

Kaisin Sapin saksi hidup penemuan Situs Candi Jiwa (Foto: W-02)

wartaindustri.id | KARAWANG -
Usianya tidak muda lagi, namun semangatnya tak kalah dari yang muda. Apalagi kalau bicara soal Candi Jiwa.


Namanya Kaisin Sapin, lahir di Bekasi, 23 Juni 1937 dari pasangan Sapin dan Karsem. Ia termasuk penjaga situs sejarah yang berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang tersebut.


Sebagai salah seorang warga yang tersisa yang mengikuti kisah penemuan Candi Jiwa, Kaisin Sarpin bertutur dengan lancar ihwal situs sejarah tersebut, saat ditemui di kediamannya yang tak jauh dari lokasi Candi Jiwa, Kamis (6/5/2021).


Candi Jiwa di Segaran, Batujaya, Karawang (Foto: W-02)

Menurutnya, sekarang sudah ditemukan 62 candi di lokasi yang berbeda, berdasarkan hasil penelitian tim  arkeologi dari Universitas Indonesia (UI), yang dimulai sejak tahun 1984.


Tutur Kaisin, situs yang terbentang dari Batujaya sampai Cibuaya tersebut, diperkirakan berasal dari zaman Kerajaan Tarumanagara, sekitar abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi.


“Saat penelitian itu, saya ikut hadir di area situs. Memperhatikan dan turut mengamankannya,” katanya.


Kaisin, di usianya yang menginjak 84 tahun, kini sudah melepas semua jabatan kepercayaan dari warga lainnya. Puluhan tahun menjabat Ketua RT, Kepala Dusun, kemudian Pengurus Cagar Budaya.


"Hanya satu yang masih dijabat, Ketua DKM AL Mubarokah," tambahnya.


Anak pertama dari sepuluh bersaudra ini, nikah dengan perempuan asli Desa Segaran Kecamatan Batujaya bernama Jener.


Buah pernikahannya, dikaruniai tiga anak yang tinggal tidak jauh dari tempat tinggalnya.


Ketokohan Kaisin Sapin dilontarkan pula oleh penjaga Candi Blandongan, Mahmud Syaripudin.


Tokoh yang banyak tahu asal-usul Candi Jiwa adalah Kaisin Sapin. Malah, dia punya cerita yang dialami sendiri olehnya,” ujar Mahmud.


Tahun 1970, Kaisin pernah membawa ternak domba dua ekor ke unur, yang sekarang bernama Candi Jiwa. Begitu pulang, domba yang satu ekor mati.


Ternyata warga lain pun ada yang punya pengalaman sama. Itulah sebabnya unur (bahasa Sunda: hunyur, gundukan tanah) tersebut dinamai Unur Jiwa. Yang kemudian berubah menjadi Candi Jiwa, ketika di sana ditemukan bebatuan dan bangunan yang diperkirakan berupa candi.


“Masyarakat menamai unur, sesuai dengan apa yang dialami dan dilihatnya. Candi Blandongan, misalnya, itu dulunya Unur Blandongan, karena terlihat seperti blandongan,” papar Kaisin. 


Karena ketokohan dan banyak tahu lokasi situs, maka saat itu ia dipekerjakan dan ikut terlibat dalam berbagai penelitian soal situs Candi Jiwa dan candi-candi lainnya di sana.


Bukti kecintaan Kaisin terhadap budaya  dan sejarah, antara lain tanahnya banyak dipergunkan untuk kepentingan Candi Jiwa, mulai dari penelitian sampai sekarang. (Warin 02)

Sunday

H. Anda “Gila Bola” Boss Benpica Meninggal Dunia Tadi Malam

H. Anda Suhanda, SE.

wartaindustri.d | KARAWANG -
  Tokoh sepakbola Kabupaten Karawang, H. Anda Suhanda SE, Sabtu (24/4) sekitar pukul 20.39 WIB, menghembuskan napas terakhirnya di rumah duka di Pangulah, Kotabaru, Karawang.


"Dia salah satu putra terbaik yang peduli terhadap sepakbola. Kekayaannya dipergunakan  untuk pembinaan sepakbola," ujar tokoh masyarakat Cikampek, Dede Nayudi.


Tambah Dede, bahwa H. Anda juga menjabat menjadi anggota DPRD Kabupaten Karawang dari Partai Golkar.


Almarhum dikenal “gila bola jauh sebelum menjadi anggota DPRD Karawang. Bukti kecintaannya terhadap sepakbola, antara lain  H. Anda mempunyai lapangan sepakbola sendiri  dan  Stadion Mini  Anda S. Dipura di Pangulah, yang bisa dipergunakan pertandingn malam hari.


Almarhum dikenal sebagai pemilik klub sepakbola Benpica, yang tercatat sebagai anggota Asprov Jabar. 


"Ya, Benpica bisa mengikuti kompetisi  resmi yang digelar oleh Asprov. Sama seperti Perdika Karawang," ujar H. Yosep Hamidi, Humas  Askab Purwakarta.


Lapangan sepakbola yang dimilikinya, termasuk stadion mini, selain dijadikan markas klub Benpica juga dijadikan markas akademi sepakbola yang bekerja sama dengan Persib Bandung. Namanya Akademi Persib Benpica Cikampek, dilaunching pertengahan Maret 2021 lalu. 


Almarhum selama beberapa periode menjabat Ketua Askab Karawang.  Sebenarnya, jauh hari almarhum sedang mempersiapkan tim Sepakbola Babak Kualifikasi  Porprov XIV Jabar, baik tim  sepakbola putra mupun putri dengan target lolos Porprov XIV Jabar 2022. (Warin 02) 

Wednesday

Yuk, Kita Tiru Semangat Kartini!

Perayaan Hari Kartini di Pemkab Purwakarta.

Oleh: Yenny Nuraeni

 

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Dan bangsa yang berbudaya adalah yang selalu melahirkan anak bangsa bermanfaat bagi bangsanya.

 

Berbagai kegiatan setiap tanggal 21 April untuk memperingati hari lahirnya tokoh perempuan, pahlawan bangsa, pejuang emansipasi perempuan, yang bernama Kartini.

 

Setiap tahun bangsa Indonesia memperingati tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Peringatan ini dilakukan dengan berbagai acara yang berbeda di setiap daerah. Mulai dari anak-anak TK hingga ibu-ibu Dharma Wanita.

 

Banyak acara diselenggarakan. Ada yang membuat karnaval atau fashion show baju daerah, mengadakan lomba-lomba pidato, atau lomba lain yang berkaitan dengan semangat Kartini.

 

Namun sudahkah kita benar-benar mengenal dengan baik tokoh Kartini?

 

Raden Ajeng Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Di usia 24 tahun tutup usia setelah melahirkan.

 

Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan Bupati Jepara saat itu. Sementara ibunya bernama M.A. Ngasirah yang juga merupakan keturunan dari tokoh agama di Jepara yang disegani saat itu, Kyai Haji Madirono.

 

Karena terlahir sebagai anak bupati, tentu hidup Kartini tercukupi secara materi. Ia bahkan berhasil menyelesaikan sekolah di Europese Lagere School (ELS). Padahal pada masa itu, banyak anak-anak seusia Kartini yang tidak bisa bersekolah.

 

Sayangnya setelah menikah dan melahirkan anak pertamanya, Kartini meninggal pada 17 September 1904 dalam usia 24 tahun.

 

Setelah Kartini meninggal barulah pemikiran Kartini tentang perempuan di Indonesia mulai banyak menjadi pembicaraan.  

 

J.H. Abendanon yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda mulai mengumpulkan surat-surat yang pernah ditulis oleh R.A Kartini ketika ia aktif melakukan korespondensi dengan teman-temannya yang berada di Eropa.

 

Akhirnya disusunlah buku yang awalnya berjudul Door Duisternis tot Licht yang kemudian diterjemahkan dengan judul Dari Kegelapan Menuju Cahaya yang terbit pada tahun 1911. Dan kini lebih dikenal dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang".

 

Buku ini kemudian banyak mengubah pemikiran masyarakat Belanda tentang wanita pribumi. Inilah yang akhirnya membuat Kartini diabadikan sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang dikenal memperjuangkan hak wanita. Yuk, kita tiru semangat Kartini!

Tuesday

Danramil Batujaya Akui Berhadapan dengan Masyarakat Kota Industri yang Unik

Danramil Batujaya, Kapt. Ramin Nurmansyah.

wartaindustri.id| KARAWANG –
Komando Rayon Militer (Koramil) 0402/Batujaya, Kabupaten Karawang, wilayah teritorialnya membawahi tiga kecamatan yang terdiri dari 29 desa.


“Wilayah tugas saya ini dikenal dengan pesisirnya,” kata Komandan Rayon Militer (Danramil) Batujaya, Kapten Ramin Nurmansyah, di ruang kerjanya, Senin (19/4/2021).


Menurutnya, Koramil Batujaya mempunyai wilayah tiga kecamatan, yakni Kecamatan Batujaya, Kecamatan Pakisjaya, dan Kecamatan Tirtajaya.


Lelaki yang murah senyum ini mengatakan tiga kecamatan di Koramil Batujaya, mempunyai potensi di bidang pertanian dan pariwisata. Terutama wisata pantai seperti di Pantai Tanjung Pakis.


Untuk memaksimalkan tugasnya, di setiap desa ada Bintara Pembina Desa (Babinsa).


“Jumlah Babinsa ada 29  orang, sesuai  dengan jumlah desa binaan," imbuhnya.


Dikatakannya, di wilayah Koramil Batujaya, tepatnya di Desa  Segaran, Kecamatan Batujaya ada tempat tempat  isolasi yang baik, yang bisa menjadi rujukan bagi kecamtan lain di Kabupaten Karawang.


Pada bagian lain keterangannya, dia mengakui bahwa selama dirinya bertugas, berhadapan dengan masyarakat kota industri ini sangat unik.


“Berbeda dengan kita atau daerah lain. Yang jelas, masyarakat di sini masih sangat menghargai aparat, baik TNI maupun Polri, dan aparat pemerintahan lainnya,” tuturnya.


Perjalanan karir Ramin di kemiliteran, dimulai prajurit. Masuk TNI  mulai dari tamtama, bintara, kemudian di awal tahun 2000 mengikuti Sekolah Calon Perwira (Secapa).


Ia mengaku belum lama mengabdi di Kabupaten Karawang.


"Saya lama bertugas di Jawa Timur, kemudian di Cirebon. Dan sekarang bertugas di Kodim 0604 Karawang," pungkasnya. (Drey/Iwin/Adam)

 

Sunday

Ihwal Tersangka Korupsi Bansos Jabar, Kang Emil: “Siti Aisyah Bukan Kakak Ipar Saya”

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. (Foto: Net)

wartaindustri.id | BANDUNG –
Sempat menjadi perbincangan hangat, termasuk di dunia maya, bahwa salah seorang tersangka kasus korupsi bantuan Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk Kabupaten Indramayu, yakni Siti Aisyah Tuti Handayani, adalah saudara ipar Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.


Namun Gubernur Jabar yang kerap dipanggil Kang Emil itu membantahnya. Siti Aisyah bukanlah saudara iparnya, namun saudara ipar dari istrinya yaitu Atalia Praratya.


"Dan saya sampaikan itu bukan kakak ipar saya, tapi pasangan kakak ipar saya, kan beda," ujar Kang Emil seusai Gala Premier Film Sisterlillah The Movie, di CGV PVJ Bandung, Minggu (18/4/2021).


Kang Emil memastikan selama ini seluruh kakak kandung dari Atalia adalah laki-laki, dan tidak ada perempuan termasuk Siti Aisyah.


Dia mengatakan selama menjabat sebagai Gubernur Jabar dirinya tidak ada keterkaitan dengan Siti Aisyah. Terlebih kasus dugaan tindak pidana korupsi yang menyeret Siti Aisyah terjadi pada 2017, saat dirinya tidak memiliki tanggung jawab sebagai Gubernur Jabar.


"Sehingga kalau mau dihubungkan ke kami ya tidak pada zaman itu juga. Zaman saya sangat ketat mendukung penanganan korupsi dari KPK, tidak tebang pilih dan kami akan menghormati hukum," katanya.


Selain itu, Kang Emil juga memastikan bahwa Siti sekarang tidak lagi duduk sebagai Komisaris Independen Bank BJB Syariah. Setelah sebelumnya dia terpilih sebagai komisaris independen dan melakukan berbagai kegiatan bersama Bank BJB Syariah.


"Sekarang sudah tidak lagi jadi komisaris," ujar Kang Emil.


Siti Aisyah Tuti Handayani adalah politikus wanita dari Partai Golkar. Sama dengan temannya yang juga jadi tersangka, Ade Barkah Surahman. Sama-sama dari Partai Golkar.


Siti Aisyah lahir di Bekasi pada 22 Juli 1979, dan merupakan putri dari mantan Wali Kota Bekasi Akhmad Zurfaih.


Pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2004, Siti Aisyah berhasil menjadi anggota DPRD Kota Bekasi, dan ia berhasil melenggang ke kursi legislatif di Provinsi Jabar pada 2014-2019. (ant/warin 03)

Friday

Para Srikandi di Sekeliling Bupati, Pastikan Setiap Acara Lancar

Para Srikandi di sekeliling Bupati Purwakarta.

wartaindustri.id | PURWAKARTA -
Lancar dan suksesnya setiap kegiatan Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika tidak terlepas dari para srikandi tangguh yang selalu siap siaga ke mana pun bupati pergi, mulai di wilayah dalam kota hingga luar kota.

 

Para Srikandi yang tergabung dalam Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokompim) Pemkab Purwakarta itu memiliki tugas penyiapan pelaksanaan kebijakan, pengordinasian pelaksanaan tugas perangkat daerah, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan daerah di bidang protokol, komunikasi pimpinan, hingga dokumentasi.

 

Wildan Sundari bersama Ega Jean, dua dari 15 pegawai protokol yang bertugas di Pemda Purwakarta, menyampaikan bahwa mereka harus berjibaku dan berpacu dengan waktu ketika ada kegiatan pimpinan daerah di suatu tempat. Bahkan, seringkali mereka harus berada di lokasi acara beberapa jam sebelum pimpinan datang.

 

Wildan menceritakan untuk datang ke kegiatan Bupati Purwakarta pada hari ini di Cirata dan Tegalwaru, mereka mesti berangkat dari Kantor Pemda pukul 05.30 WIB atau dua jam sebelum kegiatan. Bahkan, mereka para srikandi ini mendatangi lokasi dengan mengendarai sepeda motor.

 

"Ya kalau dihitung waktu dari rumahnya itu pukul 05.00 WIB. Tapi, kalau acaranya ke luar kota bisa sampai kami berangkat dari rumah pukul 03.00 WIB," katanya, di Tegalwaru, Jumat (9/4/2021).

 

Sementara, Ega Jean menambahkan, seluruh pegawai protokol di Pemda Purwakarta terdapat 15 orang dan senantiasa membagi tugas di setiap titiknya guna mempersiapkan segalanya.

 

"Intinya, tugas kami itu datang sebelum bupati datang. Panas hujan harus terus kita jalani. Kami juga bukan hanya mengurusi bupati, tapi mempersiapkan kegiatan untuk Sekda, Wabup, staf ahli, hingga Asda," ujar Ega.

 

Saat disinggung suka dukanya bertugas di bagian protokol, Wildan menyebut suka dukanya ialah ketika pimpinan makan namun mereka tak bisa ikut makan, karena khawatir pimpinan membutuhkan sesuatu.

 

"Kalau sukanya itu ketika selesai acara pimpinan mengapresiasi dan mengucapkan 'Teh nuhun nya' (Teh terima kasih ya) rasa lelah menjadi hilang," kata Wildan.

 

Meskipun sebagai wanita karir, para srikandi di bagian protokoler ini pun tidak mengabaikan peran mereka sebagai ibu rumah tangga atau istri bagi suami-suami mereka.

 

Ega menyebut dirinya mesti bangun tidur pukul 01.00 WIB dan langsung memasak untuk suami karena pada waktu Subuh sudah harus siap-siap untuk bekerja.

 

"Saya sudah 12 tahun bekerja di protokol, sedangkan Teh Wildan sudah 4 tahun," ujarnya. (Warin)

Wednesday

Mantan Napi Teroris Hidup Bahagia Bersama Keluarga

Agus Marsal dan Kang Dedi. (Foto: Ist.)

wartaindustri.id| PURWAKARTA -
Orang sukses yang berhasil melalui perjalanan hidupnya. Baik dan buruk perjalanan hidup, pasti akan dilalui, persoalannya  mau bersyukur atau tidak.

 

Itulah sepenggal ucapan yang layak dialamatkan kepada Agus Marsal. Dia terbilang sukses melalui perjalanan hidupnya.

 

Agus adalah  mantan narapidana kasus terorisme dengan dakwaan penyelundup gambar dan amunisi ke Aceh. Dia kini sudah hidup bahagia bersama isteri dan anak-anaknya, dalam satu keluarga yang berjumlah 13 orang.

 

Kisah sukses Agus Marsal tak bisa dipisahkan dari sosok Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta dua periode, yang kini menjadi anggota DPR RI.

 

Kang Dedi, sapaan karib Wakil Ketua Komisi IV DPR itu, melakukan pendekatan emosional melalui aturan dan perjalanan hidup. Dia behasil meyakinkan Agus, bahwa perjalanan hidup baik dan buruk, pasti akan dilalui oleh setiap orang.

 

“Ketika Agus Marsal baru saja selesai menjalani masa tahanan, saya pernah mengarahkannya untuk berjualan nasi di Pasar Induk Cikopo,” kata Kang Dedi.

 

Namun, gagal. Kini dia menjadi pengawas tenaga kerja kebersihan. Dia menyadari bahwa masa lalunya pernah diisi dengan kekeliruan yang fatal.

 

Sekeras apapun hati manusia pasti akan mampu berubah. Asal  mau menerima dengan lapang dada, kesuksesan akan diraih,” pungkas Kang Dedi. (Warin 02)

Monday

Wendy Buttong Kuli Bangunan yang Jadi Penyanyi Dangdut dan Ciptakan Lagu

Wendy Buttong (Foto: DD)

wartaindustri.id | PURWAKARTA –
Nama populernya Wendy Buttong. Tentu saja nama panggung. Nama aslinya sih Wewen Wendy Herliman, asli warga Purwakarta berasal dari Kampung  Pasar Taringgul RW 03 RT 01, Desa Taringgul Tonggoh, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten  Purwakarta.

 

Kini Wendy Buttong dikenal sebagai penyanyi dangdut. Bahkan kemudian menciptakan lagu. Namun tidak banyak yang tahu, bahwa pekerjaan asalnya adalah kuli bangunan.

 

“Betul sekali, saya ini dulu buruh bangunan atau tulang kuli bangunan di Jakarta dan Bekasi. Bahkan sampai ke luar Pulau Jawa,” katanya saat berbincang santai di halaman rumahnya, di Tarunggul, Senin (5/4/2021).

 

Setiap merantau, tuturnya, ia selalu membawa gitar karena punya hobi menyanyi.

 

“Walaupun suara saya tidak bagus, kalau sedang istirahat bekerja saya nyanyi-nyanyi sambil main gitar di tempat kerja bangunan, sambil memakai baju kotor badan penuh dengan adukan semen dan pasir,” imbuhnya.

 

Apabila pekerjaan sudah selesai sampai finishing, lanjutnya, teman-teman kerjanya pada pulang kampung, namun dirinya tidak. Malah mencari kontrakan untuk tempat tinggal sementara.

 

“Setelah dapat kontrakan lalu saya ngamen untuk bertahan hidup sambil nyari-nyari proyek bangunan baru agar saya bisa bekerja lagi,” katanya.

 

Lantas Wendy pun berkisah ihwal awal mulanya menjadi penyanyi panggung, yang kadang-kadang menjadi master of ceremony (MC) alias pembawa acara.

 

“Itu awalnya pada saat mudik Lebaran,” katanya, tanpa menyebutkan tahun pastinya.

 

Saat itu, katanya, ia libur di kampungnya sekitar dua minggu. Kemudian bertemu dengan sahabatnya, seorang perempuan, yang sudah jadi penyanyi dangdut kampung dari panggung ke panggung.

 

“Pada waktu itu dia minta bantuan saya diantar nyanyi ke acara hajatan,” katanya.

 

Ternyata ada buntutnya. Lama kelamaan Wendy menjadi tukang ojek langganan sang artis kalau dia manggung.

 

Pada suatu hari, lanjut Wendy, saat karibnya itu menyanyi di acara hajatan, ada permintaan lagu duet. Sementara si peminta lagu, tak mau bernyanyi di panggung.

 

“Akhirnya, kawan saya itu memanggil saya ke panggung untuk berduet, karena tidak ada penyanyi lelaki untuk pasangan duetnya,” imbuhnya.

 

Rupanya di pengirim request senang, Wendy pun dapat saweran.

 

“Dari sana, alhamdulillah, saya jadi banyak yang manggil untuk menyanyi di acara hajatan. Kadang-kadang jadi MC,” katanya lagi.

 


Lama malang-melintang dari panggung ke panggung hajatan, akhirnya Wendy pun mencoba menciptakan lagu.

 

“Saya iseng aja corat-coret bikin lagu, walaupun saya tidak punya latar belakang sekolah musik. Otodidak aja,” ujarnya.

 

Menurutnya, lagu ciptaannya itu tidak direcording dan mastering seperti di studio pada umumnya.

 

“Lagu ciptaan saya itu, dibuat video sambil nyanyi hanya menggunakan HP saja, karena saya enggak punya modalnya untuk biaya rekaman,” lanjutnya.

 

Salah satu lagunya berjudul “Bercerai”, katanya, menceritakan kisah nyata seorang yang bercerai dan orang tuanya ikut campur dalam rumah tangganya orang tersebut.

 

“Lalu saya bikin lagu dan aransemennya saya sendiri yang bikin,” ujarnya.

 

Menurutnya ada beberapa lagi lagu ciptaannya yang bergenre dangdut milenial,  dangdut remix, dan reagge dangdut. Namun belum ada yang menyanyikannya.

 

“Saya berharap sih ada yang mau dan minat dengan lagu-lagu karya saya,” harapnya. (DD/Warin 02)

Wednesday

Dampak Covid -19, Juara 2 “Cabe Rawit” Asal Purwakarta Kembali Jadi Pengamen

Maryati bersama adiknya, Nurhayati, melantunkan lagu dangdut. (Foto: dyt)

wartaindustri.id | PURWAKARTA –
Dampak Covid-19, seniman tunanetra asal Purwakarta, Maryati, kembali menjadi pengamen jalanan. Sebelumnya, tahun 2008, Maryati pernah meraih Juara 2 “Cabe Rawit”, sebuah acara pencarian bakat di sebuah stasiun televisi nasional.


Kini penyanyi dangdut berusia 22 tahun itu, tinggal bersama kedua orang tuanya di Gang Samolo, Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarta. Dan terpaksa harus kembali turun ke jalan, menjadi pengamen, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.


Ihwal kembali turun ke jalannya Neng Ati, panggilan karib Maryati, lebih disebabkan oleh sepinya panggilan manggung akibat pandemi Covid-19.


Dampak susulan dari pencegahan Covid-19 yang  membatasi kerumunan yang lazim ada pada pesta pernikahan atau khitanan. Akhirnya semuanya berhenti total.


"Jarang manggung sekarang mah, Pak, karena nyaris seluruh grup organ tunggal di Purwakarta sepi panggilan," tutur ibu Neng Ati, Bu Eti, di kediamannya, Rabu (31/3/2021).


Akibatnya sudah bisa ditebak, puluhan bahkan bisa jadi ratusan seniman organ yang sebelum pandemi Covid-19 hidup cukup sejahtera, kini terjun bebas akibat minimnya penghasilan mereka.


Maryati bisa jadi hanya salah satu seniman tunanetra yang berusaha keras untuk tetap eksis.


"Habis mau kerja apalagi? Selain nyanyi, saya kan tak bisa usaha lain akibat keterbatasan fisik. Ngamen mungkin ini solusi terbaik bagi saya guna bantu-bantu beban orang tua," ujar Neng Ati, yang tetap masih bisa tersenyum.


Kini dengan digandeng ayahnya, Bakri, yang membantu menggandong speaker aktif yang dia sewa Rp25 per hari, siang hari dihabiskannya dengan menyusuri jalanan dan pasar-pasar tradisional di seputaran Kota Purwakarta.


Namun karena warga Purwakarta sudah banyak yang mengenal Neng Ati, kemunculannya sebagai pengamen jalanan, terkadang membuat empati warga. Tak sedikit dari warga yang memberikan uang tip lebih, saat mengetahui yang nyanyi dangdut di depan warungnya adalah Neng Ati.


"Ka mana wae Neng, karak muncul deui?” ujar seorang warga menyapa akrab Neng Ati, usai melantunkan sebuah lagu. (Dayat Iskandar)

Monday

Spirit Cinta Kasih Rahmawati Membangun Harmoni dalam Kehidupan

Kang Dedi bersama keluarga Rahmawati.

wartaindustri.id | PURWAKARTA -
Perjalanan Kang Dedi Mulyadi, dari tempat satu ke tempat lainnya, selalu mendapatkan pelajaran tentang kehidupan dan perjalanan hidup.

 

Kali ini dia bertemu dengan Rahmawati, gadis kecil yang masih  duduk di kelas 6 SD. Adiknya  Trisaksi,  kelas tiga  di SD yang sama.

 

Kata Kang Dedi, setiap hari mereka berdua berkeliling jualan kerupuk dan odading untuk meringankan beban kedua orang tuanya.

 

Rahmawati, mempunyai adik kandung enam orang yang  masih kecil-kecil.

 

Ayahnya bernama Iwan, asli berasal dari Singkawang. Kondisinya tidak seperti dahulu, kini sering sakit sakitan. Bahkan, saat bertemu dengan Kang Dedi sedang sakit paru-paru.

 

Sedangkan ibunya Ibunya berasal dari Desa Gurudug dan mereka semua tinggal di kawasan hutan milik Perhutani.

 

Uniknya, kelahiran keenam adiknya tidak dibantu bidan apalagi dokter kandungan, melainkan dibantu oleh Rahmawati.

 

Rahmawati dalam pelukan penuh kasih Kang Dedi.

Spirit sang kakak yang penuh kasih ini,  menjadi kekuatan tumbuh kembang para adiknya.

 

Dalam diri Rahmawati bukan hanya tampak sikap seorang kakak, akan tetapi juga sifat seorang ibu yang menjadi pelindung para adiknya.

 

Kang Dedi, takjub dengan pelajaran Rahmawati. Dia mengucapkan  selamat beraktivitas. Cinta kasih mengalahkan kekayaan untuk membangun harmoni dalam alam kehidupan. (Warin 02)

Friday

Sejarah Baru Desa Majalaya Karawang Punya Kades Perempuan

Renita Rosmiyanti, (Foto: Santi)

wartaindustri.id | KARAWANG -
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Kabupaten Karawang sudah berlangsung serentak pada tanggal 21 Maret 2021, dengan 177 desa. Dan hasilnya pun sudah banyak diketahui oleh masyarakat.

 

Salah satunya adalah Pilkades di Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya. Dari empat kandidat di sana, terselip seorang perempuan. Adalah Renita Rosmiyanti, ikut berkompetisi dengan tiga kandidat lainnya yang semuanya laki-laki, yakni Suratin, Nasim, dan Asep Ramdani.

 

Hasilnya, Renita Rosmiyanti keluar sebagai pemenang. Sekaligus mencatatkan sejarah baru di Desa Majalaya sebagai perempuan pertama yang menjadi kepala desa di sana.

 

Renita bersama suami dan kedua anaknya. (Foto: Santi)

Renita Rosmiyanti
, yang punya nama panggilan Dede Reni, lahir 23 Januari 1984. Ibu rumah tangga, yang tinggal di Desa Majalaya. Dari suaminya, Edi,  punya dua anak yaitu Wahyu dan Saparajidan.

 

Ia pernah bersekolah di SDN 3 Ciranggon, SMPN 1 Telagasari, dan SMAN 1 Telagasari. Semuanya di Karawang.  

 

Tujuannya mencalonkan kepala desa (kades), menurutnya, karena ingin Desa Majalaya maju dan aman, seperti yang tertuang dalam visi-misinya, yakni AMAN (Agamis, Mandiri, Asri, dan Nyaman).

 

"Untuk ke depannya saya ingin mengubah Desa Majalaya menjadi lebih maju dan semoga saya juga bisa menjadi kepala desa yang amanah," katanya, saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/3/2021).

 

Menurutnya, alasan banyaknya perempuan yang menang di Pilkades Karawang, karena masyarakat ingin mencoba kades perempuan.

 

“Masyarakat ingin mengetahui, ada perubahan atau tidak jika dipimpin perempuan," katanya.

 

Berbicara tentang kemenangan dirinya, secara diplomatis ia menjawab, "Karena atas izin Allah. Jika Allah sudah berkehendak pasti jadi.”

 

Apalagi suami saya juga bukan pejabat atau seorang tokoh, melainkan hanya seorang wiraswasta,” imbuhnya.

 

Rencananya untuk melengkapi perangkat desa, menurutnya, tetap harus adil yaitu laki-laki dan perempuan tetap seimbang.

 

"Pendapat masyarakat juga beda-beda. Mereka ingin melihat jika dipimpin perempuan akan seperti apa. Karena tahun-tahun lalu laki-laki semua yang ikut Pilkades," ungkapnya.

 

Menurutnya, sejak dulu baru dia yang menjadi kades perempuan di Desa Majalaya.

 

Dalam Pilkades, Renita Rosmiyanti memperoleh 1566 suara. Jauh meninggalkan tiga kandidat lainnya, yakni Suratin 564 suara, Nasim 574 suara, dan Asep Ramdani 118 suara.

 

Lantas Renita berbicara soal pelantikannya menjadi kades definitif.

 

"Pelantikan kepala desa dilihat dari agenda Panitia Sebelas, akan dilaksanakan pada tanggal 19 atau 23 April, jika tidak ada perubahan," katanya.

 

Renita pun tak sungkan mengungkapkan perasaannya.

 

"Perasaan saya sangat senang dan gak nyangka masyarakat bakal milih saya, karena saya kan belum ada pengalaman. Saya juga jarang di rumah, karena sering di kolam renang tempat saya dan suami kerja," tambahnya.

 

Namun ia mengaku sering keliling bermain dan bersilaturahmi ke rumah warga.

 

“Jadi, warga di sini hampir semua saya kenal,” pungkasnya.

(Santi)

Ad Placement


Copyright © serberita

Teknologi