Monday
Berkah Rezeki Tahunan Tukang Urung Kupat dan Filosofi Kupat "Ngaku Lepat"
Pedagang urung kupat di sepanjang Jalan Kornel Singawinata, Purwakarta (Foto: W-02)
wartaindustri.id | PURWAKARTA – Beberapa hari
menjelang Lebaran, pedagang
urung kupat tumplek blek di
sejumlah pasar yang ada di
Kabupaten Purwakarta. Harga urung kupat dijual Rp1.000 per urung kupat.
"Mulai hari ini saya jualan urung kupat. Yang dibawa dari rumah pucuk daun kelapa, kemudian dianyam sambil jualan," ujar Abidin asal Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Senin (10/5/2021).
Menurut Abidin, harga urung kupat tidak menentu, sekarang dijual per urung kupat hanya seribu rupiah.
“Mungkin saja besok pagi dijual per ikat isinya sepuluh urung kupat seharga Rp15 ribu,” imbuhnya.
Pedagang urung kupat di sepanjang Jalan Kornel Singawinata, Purwakarta datang dari berbagai daerah.
Berdagang sambil nganyam urung kupat. (Foto: W-02) |
Ujang Suherman dari Gulampok Kecamatan Pondoksalam, Sumarna dari Taringgul Kecamatan Wanayasa, dan banyak lagi. Mereka beradu keberuntungan dalam mengais rezeki tahunan di bulan penuh berkah.
Sedikit kisah soal kupat atau ketupat Lebaran ini.
Ketupat kali pertama diperkenalkan pada abad ke-15. Menurut Yusuf & Toet dalam bukunya Indonesia Has Stories: Unique, Habits and Cultures in Indonesia, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga antara abad ke-15 dan ke-16, pada masa syiar Islamnya di Demak, Jawa Tengah.
Sunan Kalijaga juga mengenalkan tradisi Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Artikel ilmiah berjudul “Ketupat as Traditional Food of Indonesian Culture” pada tahun 2018, menyebutkan, seorang antropolog Indonesia menafsirkan ketupat sebagai salah satu simbol solidaritas sosial atau hubungan timbal balik (memberi dan menerima).
Sebab, ketupat yang sudah selesai dimasak biasanya akan dibagikan ke tetangga, keluarga, atau saudara. Perilaku memberi ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara satu orang dengan lainnya.
Bahan utama ketupat adalah nasi dan daun kelapa yang masih muda (janur), yang punya makna spesial. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan janur merupakan singkatan dari jatining nur (cahaya sejati) dalam bahasa Jawa, yang berarti hati nurani.
Nasi yang dililit dengan janur memiliki arti; kalau manusia harus mampu menahan hawa nafsu dunia dengan hati nurani mereka.
Selain itu, cara pembuatan ketupat juga punya filosofi tersendiri.
Anyaman janur menunjukkan kesalahan manusia, lalu bentuk segi empat dari ketupat menyimbolkan kemenangan umat Muslim setelah menjalani puasa selama satu bulan.
Beberapa ketupat juga dibuat menggunakan santan sebagai pengganti air. Dalam bahasa Jawa, santan disebut sebagai santen, yang punya arti pangapunten atau permintaan maaf.
Oleh karena itu, penggunaan santan ini juga menjadi simbol permintaan maaf.
Ketupat punya banyak nama berbeda di berbagai daerah, dengan berbagai makna. Orang Sunda menyebutnya sebagai 'kupat', yang memiliki arti kalau manusia tak diperbolehkan untuk ngupat -- membicarakan hal buruk ke orang lain.
Selain itu, ketupat juga didefinisikan sebagai singkatan dari 'ngaku lepat', yang mengandung pesan kalau seseorang harus meminta maaf saat mereka melakukan kesalahan.
Ketupat digunakan pula sebagai simbol pengakuan pada Tuhan dan sesama manusia. (Warin 02)
Jelang Lebaran, Pasar Rebo Macet dan Harga-harga Mulai Naik
Kemacetan lalu lintas di depan Pasar Rebo. (Foto: W-02) |
wartaindustri.id | PURWAKARTA - Beberapa hari menjelang Lebaran, Pasar Rebo Purwakarta mulai macet dan harga-harga kebutuhan pokok mulai merangkak naik, Senin (10/5/2021).
Kemacetan tampak terjadi di pertigaan di depan Pasar Rebo. Selain karena banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan, juga karena arus kendaraan yang padat dari tiga arah.
Sementara itu, harga-harga kebutuhan pokok seperti cabai, daging sapi, dan daging ayam merangkak naik.
Hari ini (Senin - red) harga cabai per kilo Rp72 ribu, sedangkan hari-hari biasa harga cabai paling tinggi Rp49 ribu.
Untuk daging ayam Rp36 ribu per kg dan daging sapi antara Rp140 ribu - Rp150 ribu per kg, kalau sudah siang.
"Tiap hari saya ke pasar, harga daging ayam paling tinggi Rp32 ribu, bahkan bisa Rp30 ribu," ujar pedagang ayam goreng, Herlina.
Hal senada juga dikatakan Atikah, warga Griya Asri, Kelurahann Ciseureuh Purwakarta.
Menurut Atikah, puncak naiknya kebutuhan pokok itu diperkirakan hari Rabu.
"Dua hari ke depan," ujar Atikah.
Dia menambahkan, semua bisa memaklumi tentang naiknya harga kebutuhan Lebaran tersebut.
“Ini kan rizkinya mereka setahun sekali. Apalagi hampir dua tahun pedagang pasar sepi karena banyak larangan dari pemerintah,” imbuhnya. (Warin 02)
Friday
Pedagang Pasar Rebo Bagikan 1.261 Paket Infak kepada Warga Sekitar Pasar
Pedagang Pasar Rebo bagikan infak kepada warga sekitar pasar. (Foto: W-02) |
wartaindustri.id| PURWAKARTA - Pedagang Pasar Tradisional Pasar Rebo Purwakarta, membagikan infak sebanyak 1.261 paket amplop kepada masyarakat sekitar pasar, melalui pengurus RT/RW setempat di Kelurahan Nagrikidul dan Sindangkasih, Kabupaten Purwakarta, Jumat (7/5/2021).
Ketua Persatuan
Warga Pasar (Perwapa) Pasar
Rebo, Cecep Burhan Arifin, mengatakan yang disampaikan oleh ketua Bidang
Ekonomi Perwapa Yayat Hidayat,
walaupun pendapatan pedagang menurun tapi masih bisa berbagi.
“Alhamdulillah
para pedagang di Pasar Rebo, kendati
Bulan Ramadan kali ini tengah berada pada masa
pandemi Covid-19 dan
perekonomian pedagang menurun,
termasuk menjelang Lebaran, masih mau menyisihkan
pendapatannya untuk berbagi,” katanya.
Kemudian,
lanjutnya, sekarang diberlakukan
larangan mudik terhadap masyarakat oleh pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, jelas sangat berdampak terhadap roda
perekonomian di pasar tradisional dan pusat perekonomian lainnya.
“Namun kepedulian
pedagang Pasar Rebo Purwakarta terhadap masyarakat sekitar tidak surut,” imbuhnya.
Untuk Ramadan tahun ini, Perwapa selaku pengelola Pasar Rebo Purwakarta mendistribusikan infak dari pedagang sebanyak 1.261
paket amplop.
Adapun rincian infak disebar kepada Kelurahan Nagrikidul
sebanyak 499 mustahik yang
berada di RW 01, RW 09, dan RW 10.
Kemudian warga Kelurahan Sidangkasih, sebanyak 457 mustahik, yang berada di W
03, RW 04. RW 05, RW 08, dan RW 10.
Untuk kalangan profesi sebanyak 305 orang mustahik
yang terdiri dari para
pekerja pasar, abang becak,
dan ojeg pangkalan sekitar pasar.
Walaupun tidak seberapa
nilainya masyarakat yang menerima
infak dari pedagang sangat berterima kasih dan berbahagia.
“Semoga infak dan sodaqoh yang
dikeluarkan oleh para pedagang menjadi wasilah keberkahan bagi semua terutama pada masa pandemi saat ini, dan semoga wabah
ini segera sirna,” ujar salah seorang warga Kelurahan
Nagrikidul, Aceng Maulana. (Warin02)
Monday
Lebaran Sebentar Lagi, Pedagang Parcel di Karawang Masih Sepi Pembeli
Penjual parcel di Karawang, masih sepi pembeli. (Foto: MDS)
wartaindustri.id |
KARAWANG - Tidak terasa Hari Raya Idul
Fitri 1442 H/2021 M tinggal menghitung hari. Pedagang parcel pun marak
menjajakan dagangannya di sekitar jalan Niaga Karawang.
Meski begitu, dari
pantauan wartaindustri.id banyaknya jumlah pelapak cukup kontras dengan
pengunjung yang datang.
Salah seorang
pedagang parcel, Memet (69), mengaku selama Ramadan tahun ini menjadi momentum
yang cukup sulit, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
"Meskipun tahun
ini masih sepi. Tapi tidak seperti tahun kemarin di awal musim pandemi Covid-19.
Lumayan, sekarang ada kenaikan dari
tahun kemarin," katanya, saat ditemui di tempat jualannya, Senin (3/5/2021).
Lelaki asal
Sukabumi itu menyebut, omzet penjualannya menurun dibandingkan dengan Ramadan
sebelum adanya pandemi Covid-19.
"Untuk omzet
belum saya hitung, ya intinya biasanya satu minggu sebelum Lebaran sudah hampir
habis. Kalau sekarang masih banyak," terangnya.
Sementara soal
harga, dia membeberkan untuk ukuran yang paling kecil Rp60 ribu, hingga yang
paling besar bisa mencapai dua juta rupiah.
Dia berharap pandemi
Covid-19 yang berkepanjangan segera berakhir. Dan barang dagangannya bisa cepat
segera habis.
"Harapannya Covid-19
segera berakhir, dagangan saya pun cepat habis," pungkasnya. (MDS/Warin)
Dua Pekan Jelang Lebaran, Harga Kebutuhan Pokok di Karawang Mulai Naik
Ilustrasi: Pedagang di Pasar Johar Karawang. (Foto: Net)
wartaindustri.id |
KARAWANG – Dua pekan menjekang Lebaran, harga-harga sejumlah kebutuhan pokok di
Karawang mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir.
Sesuai dengan pantauan di beberapa pasar tradisional sekitar Karawang, Senin (26/4/2021), harga bawang merah mencapai Rp28.200 per kilogram atau naik dari harga sebelumnya Rp27.800 per kilogram.
Kemudian harga bawang putih, kini mengalami
kenaikan dari Rp25.700 menjadi Rp26.400 per kilogram.
Lalu harga beras medium naik dari Rp9.200 menjadi Rp9.300 perkilogram. Sedang untuk beras premium kini dijual Rp10.600 per kilogram atau naik dari harga sebelumnya Rp10.500 per kilogram.
Begitu juga dengan daging ayam, pada Senin ini harganya naik menjadi Rp32.600 dari harga sebelumnya Rp32.400 per kilogram.
Selanjutnya daging sapi kini dijual Rp124.400 per kilogram. Harga daging itu naik dibandingkan beberapa hari sebelumnya Rp123.000 per kilogram.
Sejumlah pedagang mengakui kenaikan harga itu terjadi sejak sekitar sepekan lalu. Akibat kenaikan itu, para pedagang merasakan dampaknya.
"Dengan kenaikan harga itu, ya pembeli
mengurangi pembelian. Seperti sebelumnya membeli 4-5 kilogram daging, tapi
gara-gara kenaikan harga, mereka hanya membeli 2-3 kilogram," ungkap
Dasep, seorang penjual daging di pasar tradisional Karawang. (Antara)
Saturday
Mang Nana Berjualan Tahu Sumedang dan Bubur Bandung di Karawang
Mang Nana (kiri) berpose di depan roda tahu jualannya (Foto: WI 02)
wartaindustri.id | KARAWANG - Makanan
khas Sumedang, tahu. Dikenal dengan sebutan tahu Sumedang. Kini sudah menyebar
ke mana-mana, termasuk ke Kampung Pawarengan, Desa Dawuan Timur, Kecamatan
Dawuan, Kabupaten Karawang.
Adalah Nana
Suryana, yang biasa dipanggil Mang Nana, karena menikah dengan urang
Pawarengan, ia pun menetap di Pawarengan. Dan dalam dua tahun terakhir ini,
Mang Nana dan isterinya mengembangkan usaha tahu Sumedang.
Selain berjualan
tahu, Mang Nana berjualan bubur Bandung. Itu jualan pertamanya. Sehingga kini,
tidak akan sulit mencari Mang Nana Bubur Bandung di Pawarengan.
Berjualan tahu
Sumedang merupakan pengembangan usahanya. Mangkal dengan roda bertuliskan “Nusasari”.
"Lumayan, Pak, sehari bisa habis
seribu tahu,” kata Mang Nana, di
tempat usahanya di Pawarengan, Sabtu (24/4/2021)
Mang Nana
mengaku, selama bulan Ramadan ini, dia berjualan antara pukul dua hingga pukul
enam sore.
Tak lupa Mang
Nana mempromosikan tahu Sumedang jualannya.
“Rasanya gurih,
tahunya berisi dan lembut. Makanya tahu Sumedang di mana-mana banyak
peminatnya,” katanya. (Warin 02)
Jelang Buka Puasa Pedagang Tumpah Ruah di Kawasan Kartika Klari Timur
Pedagang jelang puasa di Kawasan Kartika Klari Timur.
wartaindustri.id|
KARAWANG - Setelah satu tahun tidak da
aktivitas para pelaku usaha UMKM di Desa Anggadita, Kecamatan Klari Timur, tepatnya di wilayah Kartika, tumpah ruah.
Yuni asal Kampung
Kartika yang berjualan kolak, es buah, dan kue kueh basah kering, mengatakan dia
baru berjualan dua hari ini.
“Kalau enggak
puasa jualan di bundaran, kalau puasa jualan di sini. Lumayan rame, yang jalan-jalan
ke sini. Yang belanja ada ajah,” katanya, Sabtu (17/4/2021).
Linda yang
berjualan baj-baju bukan orang setempat.
“Aslina dari
Padang. Jualan di sini sudah beberapa hari, sejak bulan Ramadan. Alhamdulillah,
lumayan rame dan kemungkinan ke depannya akan lebih baik,” katanya.
Hal senada juga
dikatakan Bagas, yang sedang mangkal
jualan buah buahan.
“Tahun ini baru
dibuka lagi ini. Kalau tahun lalu
ditutup tidak boleh ada yang berjualan karena Covid 19,” katanya.
Dia berharap,
tahun ini Covid 19 di Kabupaten Karawang semakin tidak ada dan pedagang yang mengandalkan mangkal di tempat seperti Kartika, bisa kembali beraktivitas
tidak ada batasan.
“Iya atuh itu mah
udah pasti, ekonomi menggeliat lagi,” pungkas Bagas. (Adam/Warin)
Monday
Jelang Ramadan Harga Pangan di Pasar Telagasari Merangkak Naik
Juju, pedagang di Pasar Telagasari, Karawang (Foto: San/Er)
wartaindustri.id| KARAWANG – Menjelang Ramadan harga pangan di Pasar
Telagasari Kabupaten Karawang
mulai mengalami peningkatan
Menurut salah seorang pedagang pangan di Pasar Telagasari, Juju, ada beberapa bahan pangan yang mengalami peningkatan cukup mencolok dalam seminggu terakhir.
"Harga bahan pangan yang meningkat dan sangat mencolok dalam satu minggu ini seperti cabe merah, jengkol, telur ayam, tomat, dan bawang,” katanya, Senin (12/4/2021).
Menurutnya, saat ini harga rata-rata telur ayam bisa mencapai Rp.24.000 hingga Rp. 25.000 per kg. Cabe merah yang tadinya harga Rp.40.000 menjadi Rp.60.000 per kg.
Begitu pula
dengan tomat yang tadinya Rp. 8000 menjadi Rp. 12.000 per kg, bawang merah yang tadinya Rp.28.000
menjadi Rp.32.000 per kg. Kemudian kunyit sebagai bumbu masakan
yang tadinya Rp. 10.000 menjadi Rp.13.000 perkg.
"Ini terus naik harga pangan, permintaan juga sudah
mulai tinggi," imbuhnya.
Secara keseluruhan harga pangan setiap harinya naik sekitar 10 persen.
“Saya juga
selalu mantau terus soal harga ini," ujarnya.
Juju mengatakan, harga mulai naik setelah dua minggu menjelang Ramadan. Yang naiknya paling menonjol adalah
cabe. Karena cabe dibagi menjadi dua jenis yaitu cabe keriting dan cabe biasa.
Cabe keriting
harga normal Rp.55.000 menjadi Rp. 65.000, sedangkan cabe biasa yang tadinya Rp 40.000 menjadi Rp.60.000.
Menurutnya, kenaikan harga disebabkan lantaran curah hujan, sehingga pasokan dari petani berkurang. Selain itu banyak orang yang
berbelanja secara bersamaan
untuk mempersiapkan makanan di awal puasa.
Akibatnya,
menurut Juju, permintaan meningkat sedangkan stok barang di
pasar habis.
"Baiknya sih permintaan yang tinggi harus diimbangi dengan pasokan yang
tinggi juga. Sesuai dengan permintaan pelanggan," ungkapnya. (Santi/Erin)
Sepekan Jelang Ramadan, Harga Kebutuhan Pokok Stabil
Petugas Pasar Citeko, Plered mendata harga jelang Ramadan. (Foto: Dyt)
wartaindustri.id | PURWAKARTA – Sepekan menjelang Bulan Suci Ramadan, harga-harga kebutuhan pokok terpantau cukup stabil. Hal itu
berdasarkan hasil pantauan para petugas Pasar Semimodern
Citeko, Kecamatan
Plered,
Kabupaten Purwakarta, Senin (5/4/2021).
Kepala UPTD Pasar Semimodern Citeko, Dewi
Setyarini, melalui
Kasubag, Deni, menyebutkan harga
sembako sepekan menjelang Ramadan cukup stabil dengan ketersediaan pasokan yang cukup.
"Warga di empat kecamatan seperti Plered, Tegalwaru, Maniis, dan Sukatani
tak usah cemas. Dipastikan menyambut Ramadan dengan ketersediaan sembako aman dengan
harga stabil," tutur Deni.
Harga daging sapi lokal, misalnya, dijual
dengan harga Rp110 ribu/kg. Sementara cabe rawit merah yang sempat meroket, kini
dijual cukup stabil Rp90 ribu/kg. Sedangkan daging
ayam ras dijual seharga Rp38 ribu/kg.
Hanya saja, baik pedagang maupun para petugas pasar di sana, masih
mewaspadai melonjaknya permintaan pasar pada H-2 menjelang
Ramadan.
"Mudah-mudahan saja harga
terupdate hari ini (Senin, 5/4/2021), tak terpengaruh kebiasaan warga yang kerap main borong saat
menghadapi momen-momen penting, seperti menjelang Ramadan atau Lebaran, sehingga pasokan akan balance dengan permintaan,” pungkas
Deni.
Daftar harga kebutuhan pokok di Pasar Citeko, Plered per 5/4/2021.
Sementara itu, pascavaksinasi warga Pasar Citeko, tingkat
kepercayaan konsumen mulai merangkak naik ditandai dengan meningkatnya
jumlah kunjungan
ke pasar tersebut.
Hal itu dapat tampak dari pengunjung pasar di kios-kios
kebutuhan pokok, yang ramai sejak pukul 05.00 WIB hingga menjelang
tengah hari.
Kondisi cuaca yang juga cukup stabil, membuat
pasokan sayuran dan kebutuhan lainnya dari luar Purwakarta
mengalir masuk tak terkendala cuaca. Meskipun cuaca tak melulu cerah sepanjang hari, bahkan kerap
turun hujan cukup
lebat. (Dayat Iskandar)
Sunday
Libatkan 14.500 UMKM, Gernas Bangga Buatan Indonesia Resmi Diluncurkan
wartaindustri.id | KOTA BANDUNG - Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, meluncurkan Gerakan Nasional (Gernas) Bangga Buatan Indonesia (BBI) Jabar di Trans Convention Center, Kota Bandung, Sabtu (3/4/2021).
Gernas BBI
Jabar, yang diiringi dengan Pekan Kerajinan Jawa Barat dan Karya Kreatif Jawa
Barat 2021, mendapat dukungan penuh dari Bank Indonesia.
"Jabar
mendapat kehormatan selama bulan April ini, dukungan pemerintah pusat digeser
ke Jabar untuk membangkitkan UMKM," kata Kang Emil -- sapaan
Ridwan Kamil.
Sebanyak
14.500 UMKM artisan atau unggulan hasil kurasi di Jabar akan memamerkan
produknya selama sebulan penuh di 100 venue. Potensi audience atau pembeli
dalam Gernas BBI mencapai 21 juta orang.
Kang Emil
meminta masyarakat untuk memanfaatkan momen ini dengan membeli produk-produk
UMKM. Mulai dari fashion, kuliner, kriya hingga teknologi. Di tengah pandemi,
belanja merupakan bentuk bela negara agar perekonomian bisa pulih lebih cepat.
"Intinya
agar ekonomi 2021 pulih. Mari semua pihak untuk bela negara dengan belanja di
100 kegiatan. Mudah-mudahan dengan begini bisa kembali menggeliat dan pulih
seiring dengan vaksinasi yang berhasil," tuturnya.
Kang Emil
pun mengajak masyarakat untuk turut menyosialisasikan Gernas BBI. Caranya,
setelah berbelanja produk-produk UMKM Jabar, masyarakat diminta mengunggahnya
di media sosial.
"Tolong
nanti di medsosnya diposting saat beli produk UMKM, bisa kuliner, sepatu, baju
dan lain-lain," ucapnya.
Menteri
Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, brand ambassador Gernas BBI Jabar
adalah Kang Emil. Sedangkan tagline Gernas BBI Jabar yakni #UMKMJabarPaten.
"Kami
mendapat tugas bermitra dengan Pemprov Jabar sebagai brand ambassador Gernas
BBI dengan tagline UMKM Jabar Paten," kata Teten.
Teten
menuturkan, pada periode ini, Gernas BBI fokus pada produk artisan. Sehingga
masyarakat akan punya kebanggaan membeli produk UMKM, di mana kualitasnya sama
dengan produk usaha besar.
"Saya
percaya para UMKM artisan ini adalah local champion yang siap merajai pasar
nasional bahkan kompetitif di level pasar global," ujar Teten.
Menurut
Teten, saat ini transformasi digital UMKM adalah sebuah keniscayaan. UMKM
digital telah tumbuh pesat yakni mencapai 19 persen dari populasi UMKM atau
sekitar 12 juta. Padahal pada awal 2020, baru 8 juta pelaku atau 12 persen.
Teten
memastikan pihaknya akan terus mendorong digitalisasi UMKM demi mengejar target
30 juta UMKM terhubung ke ekosistem digital pada tahun 2023.
"Ini
target yang ambisius tapi optimis bisa tercapai," ucapnya.
Untuk itu,
kata Teten, diperlukan literasi digital, pengembangan kapasitas SDM dan
peningkatan kualitas produksi. Itulah sebabnya pada Gernas BBI Jabar ini, tidak
fokus hanya pada aspek pemasaran, tapi SDM dan proses bisnis.
"Ini
harus kita kawal. Itulah sebabnya rangkaian kegiatan BBI Jabar tidak hanya
fokus pada aspek pemasaran, tapi aspek SDM dan proses bisnis," ujarnya.
Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
menyatakan, Jabar merupakan gudang kreativitas di Indonesia, karena selalu
mampu menciptakan produk yang disukai masyarakat.
"Jabar
gudang anak-anak muda kreatif, karena itu mari dukung untuk belanja produk
unggulan UMKM Jabar yang penuh dengan kreasi dan inovasi, dengan semangat
pemulihan ekonomi," kata Luhut.
Luhut juga
mengapresiasi Gubernur Jabar yang telah memperkuat UMKM lokal masuk ke
ekosistem digital. Salah satunya dengan hadirnya portal e-commerce
borongdong.id sebagai wujud nyata dukungan kepada UMKM.
"Saya
apresiasi peran dari Ridwan Kamil yang berpartisipasi memperkuat UMKM lokal
masuk ekosistem digital," ucapnya. (Ft/Warin02)