Berkah Rezeki Tahunan Tukang Urung Kupat dan Filosofi Kupat "Ngaku Lepat" - serberita

Monday

Berkah Rezeki Tahunan Tukang Urung Kupat dan Filosofi Kupat "Ngaku Lepat"

Pedagang urung kupat di sepanjang Jalan Kornel Singawinata, Purwakarta (Foto: W-02)

wartaindustri.id | PURWAKARTA –
Beberapa hari menjelang Lebaran, pedagang urung kupat tumplek blek di sejumlah pasar yang ada di Kabupaten Purwakarta. Harga urung kupat dijual Rp1.000 per urung kupat.


"Mulai hari ini saya jualan urung kupat.  Yang dibawa dari rumah  pucuk daun kelapa, kemudian dianyam sambil jualan," ujar Abidin asal Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Senin (10/5/2021).


Menurut Abidin, harga urung kupat tidak menentu, sekarang dijual per urung kupat hanya seribu rupiah.


Mungkin saja besok pagi dijual per ikat isinya sepuluh urung kupat seharga Rp15 ribu,” imbuhnya.


Pedagang urung kupat di sepanjang Jalan Kornel Singawinata, Purwakarta datang dari berbagai daerah.


Berdagang sambil nganyam urung kupat. (Foto: W-02)

Ujang Suherman dari Gulampok Kecamatan Pondoksalam, Sumarna dari Taringgul Kecamatan Wanayasa, dan banyak lagi. Mereka beradu keberuntungan dalam mengais rezeki tahunan di bulan penuh berkah.


Sedikit kisah soal kupat atau ketupat Lebaran ini.


Ketupat kali pertama diperkenalkan pada abad ke-15.  Menurut Yusuf & Toet dalam bukunya Indonesia Has Stories: Unique, Habits and Cultures in Indonesia, ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga antara abad ke-15 dan ke-16, pada masa syiar Islamnya di Demak, Jawa Tengah.


Sunan Kalijaga juga mengenalkan tradisi Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.


Artikel ilmiah berjudul “Ketupat as Traditional Food of Indonesian Culture pada tahun 2018, menyebutkan, seorang antropolog Indonesia menafsirkan ketupat sebagai salah satu simbol solidaritas sosial atau hubungan timbal balik (memberi dan menerima).


Sebab, ketupat yang sudah selesai dimasak biasanya akan dibagikan ke tetangga, keluarga, atau saudara. Perilaku memberi ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara satu orang dengan lainnya.


Bahan utama ketupat adalah nasi dan daun kelapa yang masih muda (janur), yang punya makna spesial. Nasi dianggap sebagai lambang nafsu, sedangkan janur merupakan singkatan dari jatining nur (cahaya sejati) dalam bahasa Jawa, yang berarti hati nurani.


Nasi yang dililit dengan janur memiliki arti; kalau manusia harus mampu menahan hawa nafsu dunia dengan hati nurani mereka.


Selain itu, cara pembuatan ketupat juga punya filosofi tersendiri.


Anyaman janur menunjukkan kesalahan manusia, lalu bentuk segi empat dari ketupat menyimbolkan kemenangan umat Muslim setelah menjalani puasa selama satu bulan.


Beberapa ketupat juga dibuat menggunakan santan sebagai pengganti air. Dalam bahasa Jawa, santan disebut sebagai santen, yang punya arti pangapunten atau permintaan maaf.


Oleh karena itu, penggunaan santan ini juga menjadi simbol permintaan maaf.


Ketupat punya banyak nama berbeda di berbagai daerah, dengan berbagai makna. Orang Sunda menyebutnya sebagai 'kupat', yang memiliki arti kalau manusia tak diperbolehkan untuk ngupat -- membicarakan hal buruk ke orang lain.


Selain itu, ketupat juga didefinisikan sebagai singkatan dari 'ngaku lepat', yang mengandung pesan kalau seseorang harus meminta maaf saat mereka melakukan kesalahan.


Ketupat digunakan pula sebagai simbol pengakuan pada Tuhan dan sesama manusia. (Warin 02)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda