serberita: Wisata
Showing posts with label Wisata. Show all posts
Showing posts with label Wisata. Show all posts

Monday

Penutupan Lokasi Wisata di Pandeglang Menuai Protes

Pedagang di kawasan wisata Pantai Carita Pandeglang protes. (Foto: Ayom)

wartaindustri.id | PANDEGLANG
Penutupan lokasi wisata di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten menuai protes penggiat wisata dan pedagang di sekitar lokasi wisata tersebut. Termasuk di kawasan wisata Pantai Carita, Pandeglang, Minggu (16/5/2021).

 

Penutupan kawasan wisata tersebut berdasarkan Instruksi Gubernur Banten yang tertuang dalam surat Nomor: 556/901/-DISPAR/2021 Tentang Penutupan Sementara Destinasi Wisata Dampak Libur Hari Raya Idul Fitri Tahun 2021 di Provinsi Banten.

 

Penutupan tersebut guna menghindari lonjakan Covid-19 seusai libur Lebaran klaster pariwisata,  terhitung mulai tanggal 15 Mei 2021 sampai 30 Mei 2021.

 

Namun di beberapa kawasan wisata seperti Pantai Carita Pandeglang, masyarakat tidak menerima instruksi penutupan kawasan wisata tersebut.

 

Mereka menganggap penutupan tempat wisata itu sangat merugikan masyarakat sekitar kawasan wisata. Pasalnya masa liburan seperti libur Hari Raya Lebaran menjadi saat para pedagang marema, yang akan berimbas pada perekonomian masyarakat sekitar.

 

"Libur seperti libur Hari Raya Idul Fitri ini biasanya menjadi ladang perekonomian bagi masyarakat yang berada di wilayah wisata Pantai Carita ini,” kata salah seorang penggiat pariwisata di kawasan Pantai Carita, Agus.

 

Menurutnya, selain dapat menghidupkan ekonomi warga dengan berjualan, juga berharap agar wisatawan terbiasa kembali liburan di pantai setelah beberapa tahun yang lalu kawasan pantai ini dihantam tsunami.

 

Agus menambahkan, pemerintah harus memikirkan kembali dampak penutupan tersebut bagi  masyarakat, khususnya masalah perekonomiannya.

 

“Jangan lupa, pendapatan asli daerah (PAD) Pandeglang juga banyak disumbang dari sektor pariwisata,” tambah Agus. (Ayom)

Sunday

Mulai Besok Tempat Wisata di Purwakarta Ditutup

Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika dan rombongan saat memantau salah satu tempat wisata di Purwakarta. (Foto: Hms)

wartaindustri.id | PURWAKARTA -
Hari ini tempat-tempat wisata di Kabupaten Purwakarta merupakan hari terakhir dibuka pasca-Lebaran.  Pasalnya,  mulai besok, dari 17 Mei sampai 22 Mei 2021 seluruh tempat wisata akan ditutup sementara, dan akan dibuka lagi pada tanggal 23 Mei 2021.

 

Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika, mengatakan itu saat memantau beberapa tempat wisata  bersama Kapolres Purwakarta, Dandim 0619 Purwakarta, dan rombongan Gugus Tugas Covid-19 Purwakarta, Minggu (16/05/2021).

 

"Hari ini merupakan hari terakhir tempat-tempat wisata di Purwakarta buka pasca-Lebaran. Karena mulai besok tanggal 17 Mei sampai 22 Mei 2021 seluruh tempat wisata akan ditutup dan akan buka lagi pada tanggal 23 Mei 2021," katanya, selepas meninjau beberapa tempat wisata di Wanayasa.

 

Menurutnya, hari ini (Minggu – red) terlihat ada peningkatan jumlah wisatawan dari hari sebelumnya. Oleh karenanya, untuk menyiasati penumpukan pengunjung, pihaknya membuat sistem buka tutup bagi pengunjung di semua tempat wisata.

 

Bupati yang akrab disapa Ambu Anne ini, mengucapkan  terima kasih kepada semua pengelola tempat wisata yang telah menerapkan protokol kesehatan di tempatnya masing-masing.

 

Semoga ikhtiar ini bisa menjadi kebaikan untuk kita semua, terutama agar kita terhindar dari penyebaran Covid-19,” pungkasnya.

(Warin 02)

Saturday

Hari Ketiga Lebaran, Wanayasa Kembali Macet Sejak Siang

Awal kemacetan di Wanayasa pk. 14.00 WIB, baru macet searah dari Timur ke Barat. (Foto: W-03)

wartaindustri.id | PURWAKARTA –
Hari ketiga Lebaran, Sabtu (15/5/2021) Jalan Wanayasa kembali macet oleh kendaraan yang pulang piknik dari daerah Subang dan Bandung.


Jalan Wanayasa yang menghubungkan Pasar Rebo di Kabupaten Purwakarta dengan Sagalaherang dan Jalancagak di Kabupaten Subang tersebut, selama ini menjadi jalan "liliwatan" untuk para wisatawan yang akan piknik ke Ciater (Subang), Tangkubanparahu, Lembang (Bandung Barat), dan sekitarnya.

 

Kebanyakan para wisatawan lokal yang berasal dari Purwakarta, Karawang, Bekasi dan sekitarnya.

 

“Saya dari Cikarang, Kang,” kata Firmansyah, yang sedang beristirahat di trotoar area Situ Wanayasa.

 

Ia bersama dengan teman-temannya akan piknik ke Ciater berombongan dengan menggunakan sepeda motor.

 

Sejak subuh sudah banyak kendaraan yang melaju ke arah Subang. Tidak membuat kemacetan, karena mereka tidak berjalan beriringan. Jika pun ada, itu kebanyakan rombongan sepeda motor.

 

Sebagian dari mereka, beristirahat di Situ Wanayasa dan Alun-alun Wanayasa. Sehingga sejak pagi, kedua tempat tersebut tampak ramai.

 

Barulah pada siang hari, saat pulang piknik, mereka pulang hampir bersamaan. Itulah yang menyebabkan kemacetan di Jalan Wanayasa.

 

Pada hari ini (Sabtu – red) kemacetan dimulai sejak pukul 14.00 WIB. Lebih awal dari sehari sebelumnya (Jumat), yang dimulai pukul 15.00 WIB.

 

Awalnya, mobil tersendat dari Situ Wanayasa sampai Desa Babakan, sekitar dua kilometer. Namun titik kemacaten bertambah di daerah Galian, karena sebagian kendaraan dari arah Subang menggunakan jalan alternatif lewat Kampung Gandasoli, yang pintu keluarnya di Galian.

 

Sampai pukul 16.00 WIB kemacetan terjadi di dua arah, yang sebelumnya hanya dari arah Subang. Kini kemacetan juga terjadi dari arah sebaliknya.  Hanya tidak separah yang dari arah Subang.

 

Diperkirakan kemacetan akan berlangsung sampai selepas Isa, lebih lama dari kemarin yang berlangsung sampai selepas Magrib.

 

Diperkirakan, kemacetan serupa akan terjadi pada hari Minggu besok.

 

“Ini mah belum seberapa, Kang. Kemungkinan besok mah lebih dari ini, hari Minggu atuh. Biasana ge kitu,” kata Edi, pedagang yang biasa mangkal di Alun-alun Wanayasa. (warin 03) 

Dianggap Langgar Aturan, Ribuan Kendaraan yang Mau Piknik Diputar Balik

Suasana pagi hari ketiga Lebaran menuju Palabuanratu, masih lengang. (Foto: Ddg)

wartaindustri.id | SUKABUMI -
  Kawasan wisata di Kabupaten  Sukabumi masih menjadi tujuan utama di hari ketiga Lebaran 2021. Namun ketatnya penjagaan aparat  keamanan gabungan,  ribuan kendaraan dipaksa putar balik.

 

Demikian dikatakan Kasat Lantas Polres Sukabumi, AKP Riki Fahmi Mubarok di Sukabumi,  Sabtu (15/5) pagi.

 

Kendaraan yang diputar balik karena dianggap melanggar protokol kesehatan (prokes), antara lain karena bukan  masyarakat setempat, melainkan dari luar Kabupaten Sukabumi.

 

Mayoritas yang diputar balik adalah wisatawan yang hendak masuk ke kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu, tepatnya objek wisata laut Palabuhanratu.

 

“Ada 2.000 lebih kendaraan hendak masuk ke lokasi wisata yang kami lakukan pemeriksaan. Dari jumlah tersebut sekitar 800 kendaraan yang diputar balik karena melanggar protokol kesehatan,” jelasnya.

 

Hari  Sabtu (Hari ini red) diperkirakan jumlah kendaraan yang masuk ke Sukabumi, akan ada peningkatan.

 

Karena menurutnya, hingga Jumat (14/5) malam pihaknya masih bersiaga di lokasi atau pintu masuk objek wisata Palabuhanratu.

 

Penjagaan yang dilakukan petugas gabungan tetap diperketat guna mengantisipasi membeludaknya jumlah wisatawan yang datang ke Palabuhanratu dengan memanfaatkan perjalanan malam hari.

 

Untuk antisipasi terjadinya penumpukan kendaraan di sekitar objek wisata, Polres Sukabumi sudah menyiapkan rekayasa arus lalu lintas dengan menempatkan personel di setiap titik rawan kemacetan.

 

Mayoritas wisatawan yang masuk ke Palabuhanratu menggunakan sepeda motor dan hingga kini masih ada kendaraan roda dua maupun empat yang diindikasi mengangkut wisatawan menuju kawasan wisata.

 

“Setiap kendaraan yang hendak masuk ke lokasi wisata, kami lakukan pemeriksaan, mulai dari identitas hingga penerapan protokol kesehatan. Jika melanggar, maka langsung diputarbalikkan,” ujarnya.

 

Di sisi lain, Riki mengatakan sempat terjadi kemacetan di beberapa titik diakibatkan adanya kendaraan yang beristirahat dan keluar masuk di sepanjang jalan menuju Palabuhanratu, tapi kemacetan tersebut dengan cepat diatasi dengan cara menertibkan kendaraan yang parkir sembarangan.

 

Personel Polres Sukabumi mengingatkan seluruh wisatawan yang hendak masuk maupun sudah berada di lokasi wisata agar tetap menerapkan protokol kesehatan, dan pihaknya tidak segan memberikan sanksi kepada pelanggar, seperti memerintahkan untuk memutar balik atau meninggalkan tempat wisata. (Dadang/Warin)

Thursday

Wisata Industri Karawang Bisa Berkembang, Syaiful Huda: “Asal Ada Inisiatif dan Terobosan Pemda”

Ketua Komisi X DPR RI, Syaiful Huda. (Foto: MDS)

wartaindustri.id| KARAWANG –
Agar wisata industri di Kabupaten Karawang bisa berkembang, perlu ada inisiatif dan terobosan-terobosan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.


Demikian dikatakan Ketua Komisi X DPR RI, H. Syaifu Huda,  dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) yang digelar oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di  Hotel Mercure, Rabu (29/4/2021).


Karawang memiliki kawasan industri yang sangat besar, dan ini sangat potensial untuk dijadikan sebuah wisata industri. Untuk mewujudkan itu, perlu ada inisiatif dan terobosan-terobosan dari pemerintah daerah,” katanya.


Tambah Syaiful Huda, tidak mudah untuk mewujudkan konsep itu.  Kuncinya adalah inisiatif pemerintah daerah berkolaborasi dengan industri.


“Yang bisa dikembangkan apa saja sesuai dengan basis industri yang ada, tidak harus setiap hari tapi bisa seminggu sekali dibuka, hingga akhirnya anak-anak atau masyarakat umum mengetahui keberadaan wisata industrinya,” ucap Huda.


Menurutnya,  di negara-negara yang memiliki industri-industri besar oleh pemerintah dimanfaatkan menjadi wisata edukasi.


“Di negara-negara lain ketika ada korporasi besar, kawasan industri besar, di situ sekaligus ada wisata edukasi. Masyarakat bisa tahu persis, yang selama ini susah akses, jadinya masyarakat bisa belajar banyak di situ,” katanya lagi.


Dikatakan Huda, untuk mewujudkan itu semua butuh langkah-langkah inisiatif dan terobosan. Meskipun tidak gampang, tetapi dia meyakini bahwa Pemkab Karawang bisa.


Memang tidak mudah, lanjutnya, untuk mewujudkan itu membutuhkan kesabaran dan ketelatenan merangkai satu-satu jejarang baru.


“Tetapi saya meyakini karena ini menggunakan institusi pemerintah dalam hal ini Pemda, mestinya seluruh elemen, entitas yang ada di Karawang tunduk dengan apa yang menjadi bagian dari pengembangan Pemerintah Daerah,” tuturnya.


Politisi PKB dari Dapil Karawang, Purwakarta, dan Kabupaten Bekasi ini, meyakini bila konsep itu bisa terwujud,  akan menjadi  wahana ekonomi kreatif  bagi masyarakat Kabupaten Karawang. (MDS/Warin)

Friday

Asal-usul Nama Desa Karedok di Sumedang

Jembatan gantung melintasi Sungai Cimanuk akses masuk ke Desa Karedok, yang baru dan yang lama. (Foto: Net)

Penulis: Budi Rahayu Tamsyah

 

Wakil Gubernur Jawa Barat baru saja meresmikan Desa Karedok sebagai salah satu Desa Wisata di Jawa Barat, Kamis (8/4/2021).

 

Banyak kalangan heran dengan nama desanya, yaitu karedok. Padahal umumnya orang Sunda tahu, karedok itu makanan khas Sunda sejenis lotek atau gado-gado. Ada karedok leunca, karedok terong, karedok kacang panjang, dan sebagainya.

 

Desa yang terletak di pinggir Sungai Cimanuk itu, secara administratif masuk ke Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang. Posisinya kira-kira dua kilometer sebelah utara Bendungan Jatigede.

 

Lantas mengapa bernama Karedok? Masyarakat setempat punya kisah yang cukup menarik.

 

Dahulu, pada masa Pangeran Aria Suria Atmaja menjadi Bupati Sumedang (1883-1919 M), desa itu hanya sebuah kampung kecil bernama Kampung Dobol. Letaknya memang tidak jauh dari Sungai Cimanuk.

 

Pangeran Aria Suria Atmaja mempunyai hobi ngalintar, yaitu menjala ikan dengan lintar (semacam kecrik) di sungai.

 

Suatu hari Sang Bupati ngalintar di Leuwi Kiara, yang berada di kawasan Kampung Dobol.

 

Namanya juga orang kampung, jika kedatangan menak, tentu selalu berupaya menyenangkan hati sang tamu. Apalagi ini, kedatangan bupati, disebutnya pun tamu agung.

 

Tanpa dinyana, tanpa disangka, Pangeran Aria Suria Atmaja setelah ngalintar di Leuwi Kiara, mendadak datang ke Kampung Dobol. Maksudnya untuk beristirahat.

 

Warga kampung sangat bahagia kedatangan tamu agung. Namun di balik itu, mereka kecewa dan sangat malu karena tidak bisa menyambut sang tamu agung selayaknya. Maklum tanpa persiapan sebelumnya.

 

Padahal saat itu, Pangeran Aria Suria Atmaja tampak kelelahan. Maksudnya datang ke Kampung Dobol itu, ya itu tadi, untuk sekadar melepas lelah. Tinggallah warga Kampung Dobol yang kebingungan, karena tak ada makanan yang layak buat menjamunya.

 

Tak disangka-sangka, ada seorang warga yang menyodorkan karedok kepada Kangjeng Dalem, sebutan untuk bupati saat itu.

 

Maafkan saja, Gusti Dalem, semoga berkenan memaafkan kami, karena di kampung ini tidak ada makanan yang enak,” katanya sambil menyodorkan karedok.

 

“Wah, terima kasih saya disodori makanan. Tampaknya nikmat, karena sudah lama saya tidak makan karedok,” kata Kangjeng Dalem, yang dikenal merakyat itu.

 

Setelah dicicipi, ternyata Kangjeng Dalem tampak lahap, hanya dalam sekejap karedok pun tandas.

 

“Tuh, bener kan, kata saya juga. Karedok ini betul-betul nikmat, sampai tandas begini,” ujar Kangjeng Dalem.

 

Setibanya di Pendopo Sumedang, pengalaman makan karedok di Kampung Dobol, menjadi buah bibir Kangjeng Dalem. Sampai-sampai sesepuh Sumedang dan orang kepercayaannya merasa “uruy” (menelan air liur) mendengar cerita Kangjeng Dalem.

 

“Kalau begitu, saya juga mau tahu karedok Kampung Dobol. Besok-lusa saya akan ke Kampung Dobol, sambil sekalian ngalintar di Leuwi Kiara,” kata sesepuh Sumedang.  

 

Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, suatu hari Sesepuh Sumedang pun sengaja datang ke Kampung Dobol. Tentu saja dengan beberapa orang pengiringnya.

 

Karena sudah ada kabar sebelumnya, bakal ada menak lagi yang datang ke Kampung Dobol, warga pun bersiap-siap. Terutama menyiapkan karedok untuk menjamu para tamu.

 

Ketika Sesepuh Sumedang dan rombongannya tiba, langsung dijamu dengan karedok.

 

“Wah, benar saja. Karedok ini nikmat sekali. Pantas lah Kangjeng Dalem kerap bercerita tentang karedok dari kampung ini. Malah sampai menyebut Kampung Karedok segala,” kata Sesepuh Sumedang.

 

Sesepuh Sumedang mengatakan hal itu di depan masyarakat Kampung Dobol.

 

Rupanya perkataan Sesepuh Sumedang itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga setempat. Sampai akhirnya nama Kampung Dobol diganti menjadi Kampung Karedok. Sampai sekarang.

 

Dan sekarang Kampung Karedok berkembang menjadi sebuah desa, namanya Desa Karedok. Desa yang sarat sejarah dan seni budaya Sunda. Pantas jika kemudian ditetapkan menjadi Desa Wisata. (Red)

Wagub Jabar Resmikan Karedok sebagai Desa Wisata


wartaindustri.id SUMEDANG -
Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum meresmikan Desa Karedok, Kecataman Jatigede, Kabupaten Sumedang sebagai Desa Wisata, Kamis (8/4/2021).

 

"Pemda Provinsi Jabar berusaha meningkatkan ekonomi secara merata. Setiap daerah harus ada progres, antara lain dengan desa wisata," kata Pak Uu --sapaan Wagub Jabar.

 

Desa Karedok menyimpan potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya adalah upacara-upacara adat yang bisa memikat wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Mulai dari Ngabeungket, Tutup Buku Guar Bumi, sampai Mapag Sri.

 

Selain itu, Desa Karedok memiliki cerita rakyat yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung, yakni menyajikan kuliner karedok, mulai dari karedok leunca, karedok terong, sampai karedok kacang panjang.

 

 Menurut Pak Uu, Desa Karedok pun memiliki homestay yang nyaman buat wisatawan. Dengan begitu, ia optimistis wisatawan akan betah tinggal di Desa Karedok.

 

"Ada homestay, rumah-rumah dipakai istirahat wisatawan. Sehingga wisatawan betah datang ke situ, terutama wisatawan keluarga," ucapnya.

 

Pak Uu pun menuturkan, desa-desa di Jabar memiliki potensi wisata yang besar. Pemandangan indah dan kekayaan budaya menjadi salah satu daya tarik desa-desa di Jabar.

 

Oleh karena itu, kata Pak Uu, Pemda Provinsi Jabar menargetkan setiap kabupaten/kota di Jabar memiliki 10 desa wisata.

 

Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang Hari Tri Santosa, menyebut pembentukan desa wisata merupakan implementasi pembangunan yang dilakukan lewat pendekatan bottom up.

 

Hari pun meminta Pemda Provinsi Jabar untuk meningkatkan dan memperbaiki aspek 3A, yakni

aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (aspek 3A), di Desa Wisata Karedok.

 

"Ada kerajinan tangan dari bambu, batok kelapa, belum lagi kuliner, hingga atraksi kesenian adat yang dapat ditampilkan," ucap Hari.

 

Kepala Desa Karedok Intab Wikarya Putra berharap dengan peresmian tersebut, kesejahteraan dan perekonomian di desanya akan meningkat.

 

"Dengan adanya pembangunan desa wisata, ini adalah pemanfaatan potensi yang ada," katanya.

 

"Dengan semangat tinggi kerja keras, kuat, dan kerja ikhlas, tetap bersemangat warga Desa Karedok swadaya untuk membentuk desa wisata dan desa mandiri," imbuhnya. ((Hms Jbr/Warin)

Wednesday

Pemerintah Ambil Alih TMII dari Yayasan Harapan Kita, Ini Alasannya

Keong Emas, salah satu ikon TMII (foto: Net)

wartaindustri.id | JAKARTA –
Setelah 44 tahun dikelola oleh Yayasan Harapan Kita, akhirnya pemerintah mengambil alih pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

 

Pengambil-alihan itu bukan tanpa alasan. Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) mengatakan salah satu alasannya karena rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar kualitas pengelolaan aset negara tersebut menjadi lebih baik.

 

“Temuan dari BPK di bulan Januari 2021 untuk laporan hasil pemeriksaan 2020, rekomendasinya harus ada pengelolaan yang lebih dari baik Kemensetneg untuk aset yang dikuasai negara tersebut,” kata Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama, dalam jumpa pers daring seperti dikutip dari Antara, Rabu (7/4/2021).

 

Sebelum temuan BPK, kata dia, Kementerian Sekretariat Negara juga telah sejak lama memberikan pengarahan kepada pengelola TMII agar meningkatkan kualitas layanan. Kemudian, melakukan audit terhadap pengelolaan TMII.

 

“Kemudian ada tim legal audit dari Fakultas Hukum UGM yang masuk ke sana, kemudian BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) masuk untuk audit finansial, dan terakhir ada temuan dari BPK,” katanya.

 

Dengan berbagai temuan dan rekomendasi itu, Kemensetneg mengajukan untuk mengambil alih kembali pengelolaan TMII. Setelah ada pengajuan dari Kemensetneg, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19/2021 tentang Pengelolaan TMII.

 

Perpres itu menegaskan penguasaan dan pengelolaan TMII oleh Kementerian Sekretariat Negara serta berakhirnya pengelolaan oleh Yayasan Harapan Kita.

 

Menteri Sekretaris Negara. Pratikno, menegaskan, TMII sejak dahulu merupakan aset milik negara di bawah Kemensetneg. Namun pada 1977, terbit Kepres Nomor 51/1977 yang memberikan pengelolaan TMII kepada Yayasan Harapan Kita.

 

“Jadi Yayasan Harapan Kita sudah 44 tahun mengelola aset negara ini yang tercatat di Kementerian Sekretariat Negara, dan kami berkewajiban untuk mengelola, untuk memberikan manfaat seluas-luasnya ke masyarakat," katanya.  

 

Pratikno juga mengatakan transisi pengelolaan TMII dari Yayasan Harapan Kita ke Kemensetneg tidak akan mengganggu hak-hak para pegawai.

 

Pratikno dalam konferensi pers di Kantor Kementsetneg mengatakan TMII juga akan beroperasi secara normal bagi masyarakat selama masa transisi manajemen dari Yayasan Harapan Kita.

 

“Dalam masa transisi ini tentu saja Taman Mini Indonesia Indah tetap beroperasi seperti biasanya. Para staf tetap bekerja seperti biasanya, tetap mendapatkan hak keuangan dan fasilitas tetap seperti biasanya,” kata Mensesneg Pratikno.

 

TMII memiliki luas lahan hingga 146,7 hektare dan berlokasi di kawasan strategis Jakarta Timur. Nilai aset dari lahan TMII, menurut perhitungan revaluasi aset pada 2018, mencapai Rp20 triliun. (ant/warin 03)

 

Ad Placement


Copyright © serberita

Teknologi