Soal Pembalakan Awi di Sukasari, Rakyat Mendukung Langkah KDM - serberita

Wednesday

Soal Pembalakan Awi di Sukasari, Rakyat Mendukung Langkah KDM



SERBERITA.COM |PURWAKARTA - Soal Awi atau bambu sekarang ini lagi viral. Karena ada pembalakan di Desa Kutamanah, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta. Intinya rakyat tidak setuju dan mendukung, langkah Kang Dedi Mulyadi, menghentikan pembalakan kebon awi, bertujuan diganti menjadi pisang.

Untung saja, warga cepat melaporkan pembalakan kepada Wakil Ketua Komidi IV DPR RI, H. Dedi Mulyadi.

H. Yosep Hamidi, Rabu, 18 Agustus 2021, di Media Sosial (Medsos) mengatakan bahwa bambu atau Awi,  orang Sunda mengatakan bagi warga Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, 
adalah sumber kehidupan, turun menurun.

Terutama, masyarakat  yang berada di wilayah Kecamatan Jatiluhur dan Sukasari.

Mulai dari yang punya kebun, bandar, kuli tebang dan kuli  mikul, sopir dan tukang muat bongkar, disitu ada penghidupan.

Intinya dari bambu ini, bisa melibatkan 10 orang dalam satu  truck/hari dan selesai  hidup  keluarga mereka, hati itu juga 

Bambu Jatiluhur dan Sukasari juga dari kecamatan lainnya, di Kabupaten Purwakarta, biasa di jual oleh bandar ke Kabuoaten Karawang, Bekasi dan Subang

Setiap hari,  bisa sekitar 20 truck colt diesel. Dengan kapasitas 700 batang hingga 1000 batang tergantung ukuran bambunya. Ukuran bambu diameternya ada ukuran  4,5,6,7,8,cm, tentunya harganya  berbeda tergantunhan diameter.

Harga jual bambu di kebun mulai 2000 sampai 3000.

Biaya tebang dan mikul  sebesar 2000 sampai 3000. Sedangjan 
harga jual antara 6000 hingga 7000(l /  per perbatang dan 
Ongkos muat bongkar antara  200.00 sampai 300.000.

Dengan adanya bangunan bangunan kawasan pabrik, galian C dan serta masuknya para saudagar luar yg membeli dan menggarap lahan untuk peternakan serta dampak dari Covid 19.

Sekarang  ini, bagi kami warga masyarakat sangat terasa kian sulit  mencari kehidupan..

Alhamdulillah masih ada Wakil Rakyat. Kang Dedi Mulyadi,  yang selalu terjun ke lapangan, peduli terhadap nasib kami orang orang  pilemburan.

Betul apa kata Kang Dedi Mulyadi, " Gunung geura kayuan, Pasir geura awian Lengkob gera parean. Bahwa spirit kebangsaan di awali dari desa. Ujar Yosep.
(Kang Aha.)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda