Karawang dan Purwakarta Berpotensi Alami Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang - serberita

Tuesday

Karawang dan Purwakarta Berpotensi Alami Hujan Lebat Disertai Petir dan Angin Kencang

Beberapa wilayah di Jabar berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang, termasuk di Purwakarta dan Karawang. (Foto: Ilustrasi Net)

wartaindustri.id | JAKARTA -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan beberapa wilayah di Jawa Barat (Jabar) berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang.


Hal itu tertuang dalam peringatan dini yang dikeluarkan BMKG perihal potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang dapat terjadi di sejumlah provinsi di Indonesia pada Selasa (4/3/2021).


Hujan disertai petir dan angin kencang di Jabar berpotensi terjadi di Karawang, Purwakarta, Bandung Barat, Cimahi, Bogor, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, dan Kab/kota Bekasi,


Selain Jabar, wilayah lainnya yang berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, dan Gorontalo.


Kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Barat, Riau.


Pun demikian di Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.


Khusus di wilayah DKI Jakarta, BMKG memprediksi potensi hujan disertai kilat dan angin kencang dengan durasi singkat di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada siang dan menjelang malam hari.


Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan lembaganya hingga kini masih menghadapi tantangan terkait upaya penyebaran informasi peringatan dini agar masyarakat lebih waspada.


Dwikorita mengatakan peringatan dini yang dikeluarkan pihaknya tidak selalu menarik maupun mendapat perhatian masyarakat, contohnya saat mengeluarkan peringatan dini dampak Siklon Tropis Seroja.


"Ada pakar sosial media yang menganalisis saat peringatan dini dikeluarkan menjadi tren yang naik. Tapi kemudian kalah dengan trendingnya, jadi peringatan dini dianggap tidak menarik," kata Dwikorita.


BMKG juga menyatakan dampak perubahan iklim global terhadap La Nina menyebabkan frekuensi cuaca ekstrem di Indonesia terjadi makin sering.


"Dampak perubahan iklim ini kami proyeksikan sampai akhir abad ke-21, di mana kondisi ekstrem saat musim hujan itu akan semakin basah, dan apabila kemarau pun akan semakin kering dan frekuensi kejadian periode ulangnya semakin pendek dan intensitasnya tinggi," kata dia.


Peringatan dini setiap tiga harian mengalami lonjakan sejak Tahun 2016, mencapai 730 kali dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 100 kali. Sementara di Tahun 2017, peringatan dini setiap tiga harian meningkat hampir tujuh kali dari tahun sebelumnya. (ant/warin 03)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda