Lebih Dekat Mengenal Nata Sutisna - serberita

Sunday

Lebih Dekat Mengenal Nata Sutisna


SERBERITA.COM   -  " Burung terbang dengan sayapnya dan manusia terbang dengan semangatnya. Semakin besar sayap burung, semakin jauh ia terbang dan semakin besar semangat seorang manusia, maka semakin tinggi ia terbang melanglang buana menggapai impiannnya".

Itulah motivasi sang guru, yang menguatkan tekadnya untuk terus belajar.

Terlahir dari keluarga biasa-biasa saja.  Nata Sutisna, lahir di Kabupaten Purwakarta, 08 Januari 2001.  Lahir dan  dibesarkan di Kampung Parapatan, Desa Selaawi, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Sedangkan Ibu, bernama  Ai Salimah dan Ayah bernama Adang. Saat ini, ibu dan bapaknya bekerja dengan berjualan nasi, makanan dan sayuran matang, di kampung. Walaupun memang dari sebelum saya lahir, 20 tahun lalu, Ibu telah menjadi seorang pedagang nasi uduk dan sayuran matang, baik berdagang dengan membuka warung (diam di tempat) ataupun dengan berkeliling, sehingga nama Ibu sudah dikenal sebagai penjual nasi uduk, di kampung. 


Nata, adalah anak bontot dari  empat  empat  bersaudara dengan dua  kakak perempuan dan satu  kakak laki-laki.

Sebagai anak  bungsu yang masih mengenyam pendidikan kuliah, karena semua kakak-kakak saya telah bekerja serta dua  kakak saya sudah berkeluarga. 

Pada umur lima  tahun, saya mulai masuk sekolah di TK Zam-Zam  Selaawi, kemudian dilanjutkan dengan Sekolah SD di SDN 1 Selaawi,  selama enam  tahun.

Pada saat itu, kehidupannya  di kampung selain sekolah dan bermain, dia  hidup di lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu agama, sehingga setiap sore sampai waktu isya, kegiatannya  sejak  kecil dihabiskan di pengajian, mengaji bersama Kyai-kyai kampung.

Pada usia  11 tahun, dia pun masuk sekolah tingkat SLTP yaitu sekolah di MTSN Purwakarta, tepatnya di Jalan Taman Makam Pahlawan, Purwakarta. Merasa tak cukup ilmu di sekolah, diapun sambil pesantren di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah MTsN Purwakarta, yang pada 2014 lalu memang baru pertama kali di dirikan dan dia  termasuk orang pertama yang menempati Pondok Pesantren tersebut. 

Selama tiga  tahun di MTsN Purwakarta dan di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah, dia  aktif dalam dunia seni tarik suara. Pada saat itu, dia mengembangkan suara dengan,  "Tilawah Al-Qur'an" dan menjadi Vokalis Marawis di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah"jelasnya.

 Selain sering tampil sebagai "Qori" di acara-acara Pesantren, dia  sudah terjun ke masyarakat untuk tampil sebagai Vokalis Marawis, melantunkan shalawat-shalawat dihadapan masyarakat dalam acara-acara hari besar Islam. 

Karena sering tampil di depan khalayak umum, mental Nata,  ketika di kelas 9 MTs mulai terasah, sehingga  sudah memiliki keberanian yang kuat untuk tampil di depan umum.

"Berapa ribu,  jumlah penonton. Mental sudah teruji"tegasnya 

Keberanian tampil di depan umum ini menjadi modal awal dalam menemukan hobi dan bakat.

Setelah lulus di MTsN Purwakarta dan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah. Dia  melanjutkan sekolah ke MAN 1 Kabupaten Tasikmalaya (MAN Sukamanah). Tak cukup sekolah,  dia  mendaftar pesantren di Pondok Pesantren Sukahideng Tasikmalaya. Sekolah dan Pesantren menjadi rumah ilmu 
sekaligus menjadi wadah baginya  untuk mengembangkan hobi dan bakat.

Melanjutkan mental dan keberanian  tatkala di MTs, pada saat sekolah di MAN 1 Tasikmalaya,  sering mengikuti perlombaan dan meraih juara dalam lomba pidato, baik pidato Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia, bahkan Bahasa Arab. 

Di Pesantren Sukahideng dan MAN 1 Tasikmalaya,  mulai menyukai bahasa Arab. Pada saat di sekolah,  menjadi Ketua Ekstrakulikuler (Majma' Hilal) atau perkumpulan para pecinta bahasa Arab.

Dia sering mengikuti perlombaan pidato Bahasa Arab, bahkan sampai tingkat nasional dan provinsi. Nata pernah mewakili Kabupaten Tasikmalaya sebagai delegasi peserta Putra dalam perlombaan Pidato Bahasa Arab pada Aksioma Provinsi Jawa Barat. 

Hari-hari dilalui selama di MA dan Pesantren, tak beda seperti  di MTs lalu. Setiap hari di habiskan kegiatandengan belajar. Dari pagi ke pagi
agenda dalam kehidupan  dihabiskan dengan mencari ilmu. bersama para guru-guru dan kyai-kyai di Pesantren.

Mengaku  di didik untuk mencintai ilmu, khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Latar belakang sekolah MTs, MA dan Pesantren menghantarkan dirinya untuk memiliki cita-cita kuliah di Timur Tengah atau di Afrika. 

Karena selain sanad keilmuan Islam yang dekat, ilmu-ilmu keislaman yang masih kental, ulama-ulama yang banyak, kuliah di Timur Tengah pun dapat membawa dirinya  untuk bisa menyaksikan peradaban Islam secara langsung. 

Pertengahan tahun 2019, dia lulus dari MAN 1 Tasikmalaya dan dari Pondok Pesantren Sukahideng, Tasikmalaya. 

"Saya tidak berpikir,: bahwa ini akhir dari perjalanan saya dalam mencari ilmu, tapi justru sebaliknya menjadi gerbang awal perjuangan  dalam meraih ilmu sebanyak-banyaknya dan lebih tinggi lagi"tegasny

Dengan modal tekad yang kuat dan semangat yang tinggi, dia menguatkan jiwa dan raga  untuk tetap bercita-cita kuliah ke Luar Negeri dengan beasiswa. 

Prinsip  saat itu, "Saya harus kuliah, dengan syarat mendapat beasiswa. Sehingga saya bisa kuliah gratis dan tidak memberatkan orang tua " ujar Nata.

Tambh dia, ada satu oleh-oleh motivasi dari kyai di Pesantren Sukahideng, yaitu Prof. Dr. KH. T. Fuad Wahab, yang  menyampaikan, "Burung terbang dengan sayapnya dan manusia terbang dengan semangatnya. Semakin besar sayap burung, semakin jauh ia terbang dan semakin besar semangat seorang manusia, maka semakin tinggi ia terbang melanglang buana menggapai impiannnya". 

Perkataan Kyai Fuad ini yang menjadi kekuatan untuk menggapai impian kuliah ke Luar Negeri.

Karena untuk kuliah ke Timur Tengah dan Afrika harus memiliki kemampuan bahasa Arab yang mumpuni, maka setelah lulus sekolah,  mendaftar pesantren dan belajar kembali di Pesantren al-Kautsar Cianjur, Jawa Barat. 

Tatkala teman-teman yang lain berjuang meraih cita-citanya untuk kuliah di kampus-kampus yang ada di Indonesia, maka  dia  berjuang dan berproses di Pondok Pesantren al-Kautsar. 

Di Pesantren Al-Kautsar, fokus mempelajari Bahasa Arab lebih dalam. Bahasa ini menjadi modal awal yang wajib  harus dimiliki untuk kuliah ke Luar Negeri. 

Selama empat  bulan di Pesantren Al-Kautsar,, fokus  untuk mendalami bahasa Arab. 

Sampai akhirnya pada bulan Agustus 2019, mendaftar kuliah ke Tunisia dengan jalur resmi Kementerian Pendidikan Tunisia yang di fasilitasi oleh KBRI Tunis dan PPI Tunisia. 

Setelah mendaftar, dia menunggu pengumuman kelulusan di Pesantren sambil terus mempelajari dan mendalami bahasa Arab. 

Setelah penantian panjang, akhir bulan oktober 2019 pengumuman kelulusan pun keluar, yang di umumkan oleh KBRI Tunisia  bahwa  dia  lulus untuk kuliah di Universitas Az-Zaitunah Tunisia, yang konon menjadi universitas tertua di dunia. 

Pada saat itu, se-Indonesia yang diterima hanya..***.(Bersambung)

Penulis : Yeni NuraeniNews

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda