Bukan Soal Pejabat Pelesir Ke Bali. Cerita Kang Dedi Mulyadi Soal Panglipuran Desa Terbersih di Dunia. - serberita

Saturday

Bukan Soal Pejabat Pelesir Ke Bali. Cerita Kang Dedi Mulyadi Soal Panglipuran Desa Terbersih di Dunia.


Kang Dedi Mulyadi, bersama warga asal Desa Panglipuran di Bali.
(Poto Kang Dedi Mulyadi)

SERBERITA COM | BALI - Penggiat budaya Sunda, Kang Dedi Mulyadi, bercerita pesona Desa Penglipuran di Bali. Desa Panglipuran, adalah desa terbersih ketiga di Dunia.

"Bercerita tentang Provinsi Bali, tidak habis-habis"katanya. Selalu ada yang menarik untuk kutil dari Bali.

Selain cantik secara bentangan alam, Pulau Seribu Pura ini juga kaya akan hasil seni dan budaya.

Tentunya, berkunjung ke Bali,  sepertinya bukan sesuatu yang membosankan. Malah, banyak orang kini tak sabar menjejakkan kaki di Pulau Dewata. Wajar mengingat hampir dua tahun sektor pariwisata Indonesia, termasuk Bali, ditutup akibat pandemi Covid-19.

Tersiar kabar pejabat di Kabuoaten Purwakarta, ke Bali minggu ini. Namun cerita ini bukan soal pejabat,  yang entah.

Namun ada cerita Kang Dedi Mulyadi, soal desa terbersih di Dunia, yakni Desa Penglipuran.

Katanya, Bali punya banyak pilihan obyek dan atraksi wisata, selain pantai. Salah satunya, Desa Penglipuran yang sudah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE).

Desa Penglipuran merupakan salah satu dari sembilan desa adat di Bali. Lokasinya berada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, dan berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar.


Menurut legenda setempat, desa ini sudah ada sejak 700 tahun lalu, yaitu pada zaman Kerajaan Bangli. 

Cerita yang beredar juga menyebutkan bahwa Desa Penglipuran merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur melawan Kerajaan Gianyar.

Sebagai desa adat, masyarakat Desa Penglipuran amat memegang tegas tradisi nenek moyang yang sudah berumur ratusan tahun. Mereka juga masih menerapkan dua hukum tradisional dalam bermasyarakat, yakni awig-awig dan drestha. 

Kemampuan dalam mempertahankan tradisi membuat Desa Penglipuran begitu unik.

Lantas, apa saja yang menarik dari Desa Penglipuran.  Mengapa desa ini patut untuk dijadikan destinasi tujuan wisata di Bali.

Berikut ulasannya Kang Dedi Mulyadi.

Karena  dinobatkan sebagai Desa terbersih di Dunia. 
Kemudian Desa Penglipuran merupakan desa terbersih ketiga di dunia, setelah Desa Mawlynnong di India dan Giethoorn di Belanda. 

Jadi, sampah berserakan, bising kemacetan, dan polusi udara mustahil ditemukan di desa ini.

Demi menjaga kebersihan, masyarakat setempat menyediakan tempat sampah di desa. Bahkan, setiap 30 meter terdapat tempat sampah.

Selain itu, pihak desa juga menerapkan sejumlah aturan adat ketat. 

Salah satunya, larangan menggunakan kendaraan bermotor agar kualitas udara tetap bersih. Wisatawan yang hendak berkeliling Desa Penglipuran mau tak mau harus berjalan kaki atau bersepeda.

Meski begitu,  sepertinya tidak akan lelah, apalagi bosan. Pasalnya, saat memasuki desa, deretan tanaman hijau dan bunga warna-warni, seperti bugenvil, kembang sepatu, mawar, dan kamboja akan menyambutmu.

Semakin masuk ke dalam, pemandangan desa terlihat semakin memanjakan mata. Udara pun terasa kian sejuk.

Kalaupun lelah di perjalanan, bisa singgah di warung makan yang ada di dalam desa atau bersantai sejenak di banjar adat di pertengahan permukiman.

Selain predikat desa terbersih di dunia, Desa Penglipuran juga mendapat beberapa penghargaan bergengsi lain, seperti Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) pada 2017 dan Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.

Tambah Kang Dedi, bahwa 
Panglipuran adalah desa terbersih di dunia. Sebab, masyarakatnya terdidik memilah sampah sejak dari rumah. 

Tata ruang dan tata bangunan tertata dengan sempurna, dengan mempertahankan prinsip keseimbangan manusia dengan alam. 


Arsitektur bangunan tidak mengalami perubahan meski mereka setiap hari berinteraksi dengan masyarakat berbagai bangsa. 

Atap bambu, genting dan ijuk adalah bagian dari pembeda bangunan dapur rumah, balai pertemuan dan rumah ibadah. 

Asas monogami telah membentuk tradisi. Mereka yang melakukan poligami dipisah pada kampung isolasi. 

Di Desa Panglipuran,  seseorang yang mencuri bunga di sekolah dan membawanya pulang ke rumah akan mendapatkan hukuman adat. 

Bukan hanya sang pencuri, jika ada 4 orang yang menyaksikan tetapi tidak melaporkan, juga turut akan mendapatkan hukuman adat. 

Selamat pagi, dapur dan sayur tutut, kebaya dan sinjang sang ibu di Bali mengingatkan saya pada Almarhumah Emi (Ibu) saat tahun 80-an, tulis Kang Dedi Mulyadi.

(Kang Aha)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda