Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RSIA Bunda Fathia Purwakarta Diduga Melakukan Malpraktek, Begini Ceritanya


SERBERITA.COM | PURWAKARTA | Dugaan malpraktek dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Fathia, menyebabkan kematian anaknya.

Pasien berinisial HR (31) melahirkan di RSIA Fathia Purwakarta, adalah warga Cikampek.

Suami dari HR, SF (34) mengatakan kepada awak media, Kamis (14/7) bahwa istrinya  melahirkan di RSIA Fathia.

Dalam proses persalinan diduga  melakukan  malpraktek terhadap istrinya.

Lanjut dia,  pihak RSIA Fathia Purwakarta menolak anaknya yang diduga keracunan saat dibawa ke RSIA Fahtia  sehingga menyebabkan bayi yang baru lahir meninggal dunia.

"Masalah lainnya adalah, ketika pihak RSIA Fathia melakukan operasi pengangkatan rahim tanpa persetujuan keluarga terlebih dahulu"tegasnya.

Dia merasa  kecewa kepada pihak RSIA Bunda Fathia,  karena telah menelantarkan anak hingga pada akhirnya meninggal dalam perjalanan.

Kemudian dia  menceritakan awal kejadian kepada awak media, bahwa strinya masuk RSIA Bunda Fathia Purwakarta pada tanggal 6 Juli 2021, karena akan melahirkan, dan sesampainya di Rumah sakit tak berselang lama akhirnya melahirkan.

"Usia kandungan istri saya masih tujuh  bulan. Artinya bayi lahir prematur dengan berat badan berdasarkan surat kelahiran yang di keluarkan rumah sakit 1,9 Kg dengan panjang 42 cm," ungkapnya.

Kata dia, pada tanggal 8 Juli 2021, anak saya yang baru lahir dua hari itu sudah disuruh pulang oleh perawat, tanpa diberikan hasil lab yang menyatakan layak atau tidaknya bayi itu di bawa pulang. 

"Saya sempet kaget karena bayi baru lahir sudah di suruh pulang. Pihak rumah sakit menyatakan anak saya sehat disuruh pulang.  Dan saya disuruh urus administrasi, beres urus administrasi akhirnya sore membawa pulang anak yang baru lahir dua hari ," ujarnya.

Dia merasa ada kejanggalan ketika menerima bayi itu. Ada tanda-tanda bahwa bayi sepertinya kurang cocok dibawa pulang. 

Sekitar empat jam ada dirumah. Anak saya mengeluarkan cairan dari hidungnya sampai tiga  kali dan nafasnya sesak. Hari itu juga saya kembali membawa  ke pihak RSIA Fathia dengan harapan anak saya bisa mendapat tindakan.  Tetapi  malah mendapat penolakan, bahkan terkesan ditelantarkan di dalam mobil saja dalam kondisi kritis dan disarankan untuk pindah ke RS lain atau rawat di rumah saja. 

Dan akhirnya anak saya di rawat di rumah. Pada Minggu 11 Juli 2021 sekira pukul 07:30 pagi, anak saya di jemur dengan kondisi wajah dan sayup matanya pucat tubuhnya makin kuning, saya lapor ke perawat bunda Fathia via WA (slow respon) dengan cepat saya bawa bayi saya ke RS Sentul Cikampek dan RS Helsa Cikampek (di tolak karena ruang NICU penuh) hingga disarankan untuk kembali lagi ke RSIA Fathia Purwakarta, yang sudah tahu rekam medis perawatan bayi saya, akhirnya menuju RSIA Fathia lagi sekitar pukul 10:00 wib.

Tiba  di RS Fathia dan masuk ke ruang IGD namun di sana hampir tidak ada tindakan, petugasnya bilang alasan tidak ada dokternya serta tidak ada ruang NICU nya.

"Saya di sarankan cari RS lain yang ada ruang NICU juga disarankan untuk berbohong ke RS lain agar anak saya di terima di rawat di RS lain, dengan alibi anak saya lahir diparagi (dukun beranak) bukan dari rumah sakit Bunda Fathia. 


Karena melihat kondisi anak saya sudah kritis, akhirnya saya cari RS lagi di Purwakarta dan semua RS di Purwakarta menolak karena banyaknya pasien covid dan keterbatasan ruang Nicu. 

Kemudian dibawa ke  RS Lira Medika Karawang sekira  pukul 12:10.

Kemudian sampai disana nyawa anak saya sudah tidak bisa lagi tertolong dan akhirnya meninggal dalam perjalanan,.

SF mengatakan juga kepada awak media setelah adanya kejadian itu meminta pertangungjawaban kepada pihak rumah sakit.

Piihak RSIA Fathia bersedia untuk bertanggung jawab dengan membebaskan biaya administrasi keseluruhan dengan total kurang lebih 21Juta, namun pihak keluarga belum berkenan dengan tawarannya dan harus di rundingkan dahulu bersama pihak kelurga.

"Saya tidak bersedia, bukannya menolak karena uang bisa dicari tetapi anak saya sudah tidak ada (alm) apalagi istri saya sudah tidak bisa menjadi seorang ibu lagi selamanya karena adanya pengangkatan rahim tanpa seijin saya," terang SF.

Mediasi akhirnya  deadlock, belum ada titik temu, dan akan di ulas kembali mediasi pada Rabu tanggal (14/7). Pada akhirnya mediasi dihari ke dua pun belum ada penyelesaian.

Ketika awak media hendak konfirmasi kepada  pihak Humas RSIA Fathia pihaknya tidak bisa memberikan penjelasan hingga berita ini diterbitkan.
(Tg/Aha)

Post a Comment for "RSIA Bunda Fathia Purwakarta Diduga Melakukan Malpraktek, Begini Ceritanya"