Ecobrick Jadi Solusi Pembelajaran Selama Pandemi
Anak-anak antusias belajar ecobrick di sebuah sekolah di Purwakarta. (Foto: Ist.)
wartaindustri.id
| PURWAKARTA - Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta menggulirkan kebijakan pelajar wajib
mengumpulkan sampah plastik. Sampah tersebut bisa dimanfaatkan untuk membuat benda bernilai ekonomis. Salah
satunya, kursi ecobrick.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Purwanto,
mengatakan selama pandemi Covid-19, pihaknya mendesain pembelajaran buat siswa.
Selain, pembelajaran dengan sistem luring dan daring, ada juga pembelajaran
pembuatan ecobrick.
"Kegiatan ini, merupakan upaya kita dalam mendesain
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)," ujar Purwanto,
Rabu (21/4/2021).
Dalam pembelajaran itu, anak-anak dituntut harus
menghasilkan produk yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun lingkungannya.
Selain itu, mereka juga harus belajar memecahkan masalah (problem
solving), yang ada dalam diri dan lingkungannya. Salah satunya, masalah sampah
plastik.
Selama ini, lanjut Purwanto, pendidikan di Indonesia sudah
terlalu lama menjauhkan pembelajaran dari konteks masalah kehidupan. Karenanya,
perlu ada terobosan pembelajaran yang berorientasi pada potensi dan masalah
yang ada di sekelilingnya.
Oleh karena itu,
selama pandemi Covid-19 ini anak-anak
di Purwakarta mengikuti pembelajaran pembuatan ecobrick. Salah satunya dibuat menjadi kursi dan meja. Ecobrick
tersebut, bahan utamanya adalah sampah plastik.
Kebijakan pembelajaran ini, lanjutnya, sudah diterapkan di sejumlah sekolah. Bahkan, ke depan akan diperluas lagi.
Dengan demikian, sekolah-sekolah yang tak memiliki mebeler,
bisa memanfaatkan ecobrick untuk dijadikan kursi dan meja pengganti mebeler
yang biasa digunakan sekolah.
Dari
pembelajaran ini, anak-anak bisa mendapatkan ilmu pokok, seperti pelajaran
matematika, Bahasa Indonesia,
dan lainnya. Tak hanya itu, mereka juga akan memiliki keterampilan lain, yakni membuat kursi
ecobrick.
"Ilmunya dapat, lingkungan juga bisa terbebas dari
sampah plastik yang saat ini kondisinya sudah cukup memprihatinkan," ujar
Purwanto.
Purwanto menjelaskan, untuk membuat satu botol ecobrick
ukuran 1,5 liter dibutuhkan sampah plastik minimal dua karung plastik. Jika
dalam satu kursi, dibutuhkan minimalnya 10 botol, maka berapa karung sampah
plastik akan terserap.
“Dengan
begitu, lingkungan bisa terbebas dari sampah plastik, jika kebijakan ini bisa
dijalankan dengan paripurna,”
katanya.
Selain itu, dengan menggunakan kursi ekobrick ini,
keuntungan lain dari ecobrick ini sekolah bisa menghemat biaya. Termasuk, biaya
dari APBD untuk pengadaan mebeler. Bahkan, kursi ecobrick ini bisa tahan sampai
100 tahun yang akan datang. (Warin 02)
Post a Comment for "Ecobrick Jadi Solusi Pembelajaran Selama Pandemi"